ALASKA -16

19K 769 0
                                    

Saat ini Carra dan yang lainnya sudah berada di kantin. Mereka memilih meja di dekat pojok kanan kantin khusus kelas 12. Mereka sudah berada di kantin sebelum bel berbunyi. Dan bel berbunyi beberapa menit yang lalu.

Sedari tadi mereka tak habis tertawa terbahak-bahak karena Panji yang terus-menerus mengeluarkan lelucon receh. Emang ketua kelas yang satu ini begini, sedikit agak ke kiri namun tetap asik.

“Kantin udah mulai rame ya,” keluh Mega. Mega lebih memilih kantin yang sepi agar tidak bising dan acara makannya terganggu.

“Kurang dari tadi kita ke sini nya,” timpal Dinda di ikuti anggukan oleh Mega.

“BU IIN!” teriak Panji tiba-tiba.

Bu Iin yang di panggil pun mengalihkan pandangannya menatap Panji dari kejauhan.

“ADA APA DEN?!” balas Bu Iin dengan teriakan.

Panji sedikit terkekeh. “PANJI PESEN SARU PORSI LAGI YA!” kata cowok itu sambil menyengir. Bu Iin hanya membalasnya dengan acungan jempol.

Bu Iin merupakan salah satu pendatang di kantin. Bu Iin memang dekat dengan anak-anak Attala, apalagi anak IPA 2. Di Rampah Panji yang notabennya tidak punya akhlak.

“Lo udah habis dua porsi terus mau nambah lagi?” decak Dinda sebal.

Kenzo menggaruk tengkuknya. “Lo kaya gak kenal Panji aja Din! Bentar lagi perutnya berubah jadi buncit gue jamin,” kata cowok itu.

Panji yang di bicarakan mendengus sebal. “Perut gue tuh bagus gak kaya lo! Niat mau ke gym malah godain cewek,” cibirnya tak terima. Kali ini gantian Kenzo yang mendengus sebal.

“Bagusan buncit kok Ji,” celetuk Carra. Cewek itu kembali memasukan batagor ke dalam mulutnya.

“Tau Nces Nabati?” tanya Mega di balas anggukan yang lainnya. “Nah, nanti tubuh lo dari yang kaya dia berubah jadi kaya temennya Gilang!” lanjut cewek itu lalu tertawa.

“Kalau sampai si Panji beneran jadi buncit, gue gak jamin ada yang mau temenan sama dia,” kata Kenzo ikut tertawa.

“Anjing lo semua!” desisnya kesal.

Tawa mereka terus terdengar bahkan semakin keras. Jarang-jarang mereka semua menyudutkan Panji sang ketua kelas IPA 2. Sampai akhirnya ada gerombolan tiga orang yang datang menghampiri mereka.

“Boleh gabung?” tanyanya.

Semua mendongak menatap siapa yang punya suara. Terdapat tiga orang yang berpakaian rapi dengan jas yang di pakai. Ah, mereka pastikan itu anak OSIS.

Semuanya mengangguk serempak dan membersihkan untuk duduk bersama. Tak ada salahnya juga kan? Lagian bangku juga masih kosong.

“Lo anak OSIS kan?” tanya Kenzo tiba-tiba di balas anggukan oleh mereka. “Kenapa waktu itu si Panji gak di terima? Pasti karena gak guna ya?” lanjut cowok itu tertawa kembali.

“Gue ngundurin diri kok,” celetuk Panji membela diri.

“Oh iya gue Alfa, ketua OSIS di sini. Dan ini temen-temen gue,” kata cowok yang bernama Alfa itu sambil menatap kedua temannya  yang ikut duduk.

“Gue Revan,” kenalnya.

“Gue Alwi,” kata yang satunya lagi. Mereka semua mengangguk mengerti.

“Gue Panji mantan anggota OSIS, ini Kenzo temen gue, ini Dinda rival gue, ini Mega lambe IPA 2, terus di sampingnya Senja gak papa panggil aja dia Sore, dan yang di samping lo itu Carramel cewek paling cantik di IPA 2 gebetan gue,” kata cowok itu memperkenalkan semuanya termasuk dirinya sendiri.

Alaska (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang