ALASKA -22

18.5K 748 2
                                    

Malam ini Carra sedang menikmati hembusan angin malam yang tenang dan damai. Dengan menyusuri jalan di taman kota yang beberapa pinggiran di kelilingi pedagang kaki lima. Dan Alaska di sampingnya.

Carra kira Alaska berbohong dan hanya bercanda ketika dia akan datang ke rumahnya dan mengajaknya jalan, namun ternyata benar. Carra juga sedikit terkejut dengan kedatangan Alaska yang langsung meminta izin kepada Selatan dengan membawakannya martabak sesuai keinginan Selatan waktu pertama kali bertemu dengan Alaska.

Entahlah, Alaska membawa alasan dengan membawa Carra adalah menggantinya dengan malam Minggu kemarin yang tidak datang sesuai keinginan. Dan yang bikin Carra tak habis pikir adalah ayahnya yang langsung mengiyakan hanya dengan satu kotak martabak, Carra seperti anak yang di tukar dengan martabak.

Percayalah, Selatan itu paling sensitif ketika melihat Carra berdekatan dengan cowok. Namun entah kenapa kepada Alaska Selatan langsung percaya begitu saja. RASANYA TUH GIMANA GITU!

Carra berjalan beriringan dengan Alaska, cowok itu menatap lurus ke depan dengan tangan yang di masukkan kedalam saku Hoodie. Sama dengan Carra, cewek itu juga sedang memakai Hoodie silver dengan celana jeans panjang.

Awalnya Carra kira Alaska akan mengajaknya jalan seperti ke restoran, atau enggak mengajaknya ke cafe hanya untuk makan-makan tapi nyatanya enggak. Carra bisa menangkap kalau Alaska bukanlah tipikal cowok yang suka keramaian.

“Dingin?” tanya Alaska tiba-tiba.

Carra memiringkan kepalanya lalu menggeleng. Mungkin untuk waktu dari jam sembilan keatas akan membuat suasana sejuk berubah menjadi dingin. Angin malam memang tidak baik bagi tubuh, namun Carra sangat menyukainya.

“Mau jalan terus?” tanya Alaska.

Carra mengernyitkan dahinya, bukannya dia yang ngajak ya? Kenapa nanyanya ke Carra? Mata Carra menjalar ke seluruh penjuru jalan dan tak sengaja matanya mengarah kepada pedagang sate yang berada di bagian sedikit pojok jalan.

Tangan Carra berjalan menarik tangan Alaska dengan agak mempercepat jalannya. Alaska yang tangannya di tarik mampu terkejut melihatnya namun dia hanya bisa mengikuti saja.

“Kita makan sate aja gimana?” tanya Carra saat sudah berada di depan Abang tukang sate.

Mata Alaska memicing ke seluruh bagian gerobak membuat Carra berdecak sebal. “Higenis kok,” kata Carra.

Alaska menggaruk tengkuknya yang tak gatal menandakan dirinya bingung. Alaska memang suka kedamaian dengan berjalan malam, tapi bukan berarti dirinya juga terbiasa dengan jajanan pinggir jalan.

Carra tersenyum kecut. “Yaudah, kita pergi aja.” katanya sambil menatap Alaska yang masih terdiam.

Saat Carra berjalan kembali, tangannya di cekal oleh Alaska. “Nggak papa, gue tungguin lo makan.” kata cowok itu.

Carra ingin menolak, namun keinginannya saat ini memakan sate sangatlah besar. Jadi cewek itu memilih mengangguk saja mengiyakan dan langsung memilih tempat duduk bersama Alaska.

“Mang! Sate nya satu porsi ya,” kata Carra kepada Abang tukang sate. “Beneran gak mau?” pandangannya beralih menatap Alaska yang terdiam.

“Gak!” tolak cowok itu dengan tatapan datar.

Carra hanya mengangguk, selama ini Carra masih bingung menganggap Alaska itu pacarnya atau bukan. SOALNYA ALASKA ITU KAYA NGEGANTUNGIN DIRINYA GITU LHO!

Pandangan cewek itu beralih lagi ke Abang tukang dagangnya yang ternyata mengacungkan jempolnya ke arah Carra. Carra menghembuskan nafasnya panjang lalu menatap ke sekeliling yang cukup ramai. Padahal ini bukan malam Minggu lho.

Alaska (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang