Sore ini Carra sudah siap dengan pakaiannya, baju kaos putih polos di balut jaket jeans, dan juga celana jeans yang di alami. Outfitnya cukup simpel, dengan rambut yang terurai rapi sebahu dengan satu sentuhan jepit pita di bagian kanan rambutnya.
Rencananya, Alaska mengajak dirinya jalan-jalan. Entahlah! Kemanapun itu Carra hanya bisa pasrah, dan mengikutinya. Alaska sudah menunggu Carra di depan rumahnya yang sedang duduk di atas kap mobil dengan Hoodie putih dan celana pendek, begitupun sepatunya yang senada dengan warna Hoodie. Carra sendiri kadang suka berpikir, apakah cowok emang suka memakai Hoodie?
“Udah?” Carra mengangguk sebagai jawaban.
Alaska berjalan ke arah setir pengemudi begitupun juga dengan Carra yang berjalan ke arah kursi penumpang. Selama perjalanan tidak ada topik yang menarik buat di bahas.
“Kita mau kemana Al?” tanya Carra.
“Rahasia,” ucapnya tanpa niat menatap Carra dan pokus menyetir.
Carra hanya menggidikkan bahunya acuh, terserah juga. Sepanjang jalan Carra bertanya, kemana Alaska akan membawanya? Ketika melewati mall, pasar malam, atau taman kota pun di lewat.
Mobil Alaska terparkir jelas di parkiran yang sudah di sediakan di tempat itu. Carra tidak pernah menyangka kalau Alaska akan membawanya ke pantai.
“Kenapa ke pantai?”
“Gak suka?”
Carra menggeleng cepat. “Bukan gak suka, dari sekian banyak tempat kenapa harus pantai?” tanyanya.
“Karena gue suka pantai.” balasan acuh Alaska.
Cowok itu berjalan keluar dari mobilnya di ikuti Carra yang hanya pasrah. Mereka berdiri di pinggir bibir pantai menatap keindahan ombak pantai yang tenang. Mengingat sebentar lagi malam, mungkin mereka akan menyaksikan sunset.
“Udah lama gue gak ke pantai, terakhir kali mungkin waktu kelas enam SD.” ucap Alaska.
Carra memalingkan wajahnya menatap Alaska. “Lama dong? Kalau gue mungkin pertama kalinya.” ucap gadis itu.
“Pertama kali?”
Carra mengangguk. “Gue gak pernah ke pantai, di ijinin pun enggak. Ayah itu terlalu protektif bagi gue, yang suka ngekang.” katanya.
“Itu berarti Om Selatan khawatir sama lo Ra,” kata Alaska. “Gue mungkin setiap seminggu sekali ke sini, sama Papah, Mamah. Tapi, setelah Mamah gak ada gue jadi jarang ke sini karena Papah suka sibuk.” lanjutnya.
“Lo kuat Al,” gumam Carra.
Hari semakin malam, matahari mulai terbenam dan memperlihatkan pemandangan yang sangat indah. Sunset, sebuah fenomena yang sering orang lain kagumi.
Menatap langit indah dengan matahari yang mulai terbenam meninggalkan jejak warna oranye yang indah.
“Sunset nya bagus,” kata Carra.
“Gue suka sunset, tapi gue juga benci sunset.” ucap Alaska.
Saat ini mereka sudah duduk di atas pasir putih pantai, mengangkup kedua kakinya menatap indah lurus ke depan melihat pemandangan.
“Kenapa?”
“Karena sunset hanya datang sebentar lalu pergi, datang bawa jejak indah namun hilang seketika.” balasnya.
“Iya, gue tau itu.” katanya. “Aldebaran, gue suka bintang itu.” lanjutnya.
“Cerah,” ucapnya lagi.
Alaska merubah posisinya menjadi menatap Carra. “Gue sayang sama lo,” ucapnya tiba-tiba.
Carra sedikit tersentak mendengar pengakuan Alaska. Menatap manik mata Alaska lekat membuat dirinya semakin terhanyut oleh tatapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...