ALASKA -54

19.3K 680 13
                                        

Alaska masuk ke dalam markasnya dengan tatapan kosong seperti biasanya, dirinya duduk di salah satu sofa di samping Guntur yang kini sedang memainkan handphonenya.

"Sampai kapan lo mau kaya gini Ska?" tanya Guntur menyimpan handphonenya di atas meja lalu menatap Alaska dengan menggelengkan kepalanya.

Bukan hanya Guntur, anggota GALAKSI yang lainnya juga ikut heran melihat sikap ketuanya akhir-akhir ini. Ada sedikit rasa khawatir melihat kondisi Alaska yang terlihat sedikit, mengenaskan mungkin.

Sekarang saja lelaki itu masuk ke markasnya dengan keadaan yang tidak bisa di jelaskan. Baju acak-acakan, dengan rambut berantakan, di tambah kantung mata yang sedikit hitam. Akhir-akhir ini Alaska jarang tidur dan lebih memilih mengisi waktunya untuk ke club' dan minum-minum untuk melepaskan pikirannya sejenak.

Mungkin kalau Carra tahu, gadis itu akan terus ngomel. Namun nyatanya itu dulu, dulu Alaska selalu di ceramahin oleh Carra karena lebih memilih club' di banding menyelesaikan masalah secara kepala dingin. Alaska tahu, Carra tidak akan peduli lagi kepadanya saat ini. Dengan senang hati juga Alaska menerima semuanya, bagaimana pun ini semua karena dirinya sendiri.

Fajar datang dari arah dapur dengan membawa satu piring nasi goreng dan air putih yang ia bawa, lalu meletakkannya di atas meja depan Alaska dan ikut mendudukkan dirinya di samping lelaki itu.

“Makan dulu Ska, gue buatin nasi goreng,” ucap Fajar sembari menunjuk satu piring nasi goreng yang ia buat dengan dagunya.

Alaska hanya menatapnya sekilas dan memejamkan matanya kembali. Terlalu pusing dirinya untuk meladeni Fajar, yang menurutnya terlalu berlebihan. Meski Alaska tahu sebenernya temannya itu khawatir.

“Mending lo makan dulu Ska, muka lo udah pucat gitu tiga hari gak makan-makan,” timpal Guntur ikut menyahuti. Lelaki dengan jaket hitam berlogo GALAKSI itu merubah posisinya menjadi duduk di samping Alaska.

“Ska!” tegur Fajar.

Alaska membuka kelopak matanya lalu menatap Fajar dengan tatapan malas. “Berhenti ngatur gue!” tegasnya tajam dan menusuk.

“Fajar bukannya ngatur lo!” bentak Biru tiba-tiba dengan sedikit meninggi. “Kita semua khawatir sama lo Alaska!” lanjut cowok itu dengan wajah yang sedikit memerah.

“Gue bukan cowok lemah kalau cuma gak makan tiga hari!” sarkas Alaska membalas tak kalah tinggi.

Biru terkekeh sinis. Lihatlah! Ketuanya ini sangat keras kepala, egois dan tidak ingin kalah. Apa salahnya jika dirinya khawatir?

“Liat diri lo sendiri. Ayolah man, masih banyak cewek di luaran sana yang ngantri.” ucap Biru dengan nada mengejek.

“Lo sampe gak makan tiga hari cuma gara-gara cewek yang gak tau diri? Dia aja gak peduli sama lo!” lanjutnya dengan melipat tangan di depan dada.

Nafas Alaska gemuruh, dengan sorot tatapan tajam menusuk tak memberi celah. Tangan kirinya sudah di cekal kuat oleh Guntur di sampingnya, dengan Fajar yang masih terdiam dengan tatapan tak bisa di artikan.

“Biru bener.” celetuk Fajar membuat pandangan Alaska beralih menatap kerabatnya itu.

“Mau sampai berapa kali lo mohon-mohon sama dia, dia sama sekali gak peduli sama lo Ska,” ucapnya menatap datar Alaska.

Mendengar ucapan Fajar barusan. Tangan Alaska selain terkepal dengan gigi yang terus menggeretak menahan emosi.

“Jar!” tegur Guntur.

Guntur tau apa yang Alaska rasakan. Sejujurnya, Guntur ikut andil dalam ucapan kedua temannya itu, namun di sisi lain dirinya juga ingin membela Alaska. Ingin sekali Guntur ikut menyudutkan Alaska dengan beberapa ucapan yang menampar, namun melihat keadaan ketuanya itu membuat egonya sedikit menurun.

Alaska (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang