Ketua geng yang terkenal berandal tapi sering ikut lomba olim.
Aksa Deovangga, pemuda berdarah Jerman-Indonesia. Sifatnya yang dingin banget kayak balok es di kutub utara, kaku banget kayak kanebo kering, di tambah ketus dan irit ngomong yang bikin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kakk! Buruan ih jangan bikin orang nunggu!"
Gadis yang hendak memakai dasi nya itu menggerutu, melirik ke arah arloji masih jam tujuh. "Masih pagi buta di suruh cepet-cepet."
Suara langkah dari arah tangga membuat pemuda yang tengah memainkan ponsel nya itu mendongak. Reflek tersenyum kecil ketika melihat gadis yang sedang menekukkan wajah nya.
"Liat nih, masih pagi asem aja muka nya. Udah Aksa tinggalin aja anak kaya begini mah." dumel Tiara dari dapur.
Shakilla melotot. "Apaan sih mah." kesal nya sambil mengambil sepatu.
"Lain kali itu kalau janjian pergi bareng siap nya awal-awal. Ini udah numpang, nyuruh orang nunggu lagi." oceh Tiara.
"Aksa nya yang kecepetan dateng ke sini isss." desis nya sebal. Menatap tajam pemuda yang tengah menahan tawa nya.
"Heh! Ngga salim sama orang tua hah?!" teriak Tiara. "Bener-bener punya anak gadis..."
"Yaudah kalau gitu Aksa pamit ya bun." ucap nya sambil menyalami Tiara.
Wanita itu mengangguk, menyeringit saat melihat dasi pemuda di depan nya hanya di sangkutkan seada nya. "Ini kenapa dasi nya di sangkutin doang sih." oceh Tiara sambil membetulkan.
Aksa tersentak, kemudian terdiam kikuk membiarkan wanita paruh baya itu merapihkan dasi nya.
"Nah kan rapih..." gumam Tiara tersenyum sambil merapihkan kerah Aksa. "Dah sana pergi, hati-hati di jalan. Kalau Killa nya ngeselin turunin aja di tengah jalan."
"Aksa?"
"Hah?" pemuda itu mengerjab beberapa kali. "Iy-aa bun, makasih. Assalammualaikum." ucap nya masih bingung. Membalikkan badan menyusul Shakilla, senyuman manis terbit di bibir pemuda itu. Nyaman, belum pernah ngerasain kaya gini, rasa nya pengen di perhatiin juga sama orang sekitar.