Ketua geng yang terkenal berandal tapi sering ikut lomba olim.
Aksa Deovangga, pemuda berdarah Jerman-Indonesia. Sifatnya yang dingin banget kayak balok es di kutub utara, kaku banget kayak kanebo kering, ditambah ketus dan irit ngomong yang bikin s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
D-2 in Bandung.
Shakilla bersenandung ria menuju kolam, dengan segelas jus jeruk di tangannya ia memilih duduk di pinggiran. Sesekali memainkan air sambil menatap pantulan dirinya di sana. Tak lama gadis itu terkekeh, merasa lucu saat bayangannya terombang-ambing.
Raka yang hendak ke dapur jadi menoleh, menatap gadis itu yang tampak senyum-senyum sendiri sambil memainkan air. Ia mendengus geli. "Mentang-mentang mau ulang tahun."
"Siapa?" Aksa datang dengan rambut yang masih basah. Mengacak rambutnya sesekali seperti yang biasa ia lakukan sehabis mandi.
Raka menoleh ke belakang. "Killa, besok dia ulang tahun tanggal 31 September. Jangan bilang lo ngga tau?"
Aksa menaikkan kedua alisnya. "Bukannya lusa ya? Kenapa di majuin jadi besok?"
"Lah goblo, di kira jadwal ulangan kali ya di majuin." ujarnya terkekeh heran. "Lo kaya, jangan ngasih kado temen gue cinta doang. Kasih tuh apartemen."
"Setres." umpat Aksa sukses membuat pemuda itu terbahak keras.
Shakilla yang di pinggir kolam jadi menoleh ke belakang. Melambaikan tangan saat Aksa menatap kearahnya. Lalu tersenyum lebar ketika pemuda itu benar-benar menghampirinya. Ahh, kapan seorang Aksa tidak menuruti keinginanya? Sampai saat ini tidak pernah. Dan ia sangat bersyukur.
"Ngapain?" tanya pemuda itu saat mendekat.
"Menurut kamu? Aku disini masak gitu?"
Aksa mendengus. Ikut duduk di samping gadis itu yang tengah meneguk jusnya. "Bunda telfon aku, katanya nomor kamu ngga aktif pas di telfon."
"Ohiya, lagi di cas soalnya semalem mati." sahutnya. "Mamah bilang apa?"
"Ngga ada, cuma di suruh jagain kamu aja." kata Aksa. Terdiam beberapa saat sebelum ia kembali menatap gadisnya. "Kamu...ngerasa risih nggak?"
"Hah?" Shakilla menyeringit. "Risih dalam artian?"
"Ya risih kalau aku terus di dekat kamu." ucap pemuda itu mengambang. Terdengar ambigu. "Maksudnya...kamu ngga bosen terus sama aku?"
Shakilla terkekeh, menggeleng kepala heran membuat pemuda di sampingnya menoleh. "Kamu tuh aneh, gimana bisa risih karna justru di deket kamu yang aku pengen." ujarnya. "Kamu tuh jadi candu buat aku, Sa. Rasanya kaya beda aja kalau ngga di deket kamu."
"Mungkin karna kita sering sama-sama." sahut Aksa. Membasahi bibirnya pelan sambil menatap ke depan. "Kamu ngerasa ngga sih hubungan kita kaya hampa. Selalu baik-baik aja, selalu tenang-tenang aja."
Gadis itu menautkan kedua alis. Lalu terkekeh geli, "bercanda kamu ya?Setelah banyak rintangan di hubungan kita, kamu bilang hubungan kita hampa? Baik-baik aja? Tenang-tenang aja?" ujarnya tak percaya. Lagi-lagi terkekeh kecil menutupi rasa kecewa yang memuncak di dada. "Vanessa? Gala? Devan? Jadi maksud kamu mereka itu apa? Hiburan di hubungan kita?"