Ketua geng yang terkenal berandal tapi sering ikut lomba olim.
Aksa Deovangga, pemuda berdarah Jerman-Indonesia. Sifatnya yang dingin banget kayak balok es di kutub utara, kaku banget kayak kanebo kering, ditambah ketus dan irit ngomong yang bikin s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Apa yang selalu di inginkan seorang anak rantauan? Pulang. Pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarga.
"MAMAHH!"
"ABANG!"
"Aaaa kangennn!" Pemuda berswiter abu-abu itu memeluk tubuh ringkih mamahnya. Memeluknya dengan erat sambil menangis tersedu-sedu. "Jarang banget sih nelpon, jahat ihh."
Wanita modis bernama Tara itu melepas pelukan mereka, mengusap air mata pada pipi anaknya dengan lembut. Lalu detik berikutnya ia tercengir. "Sibuk mamah tuh, arisan sama ibu-ibu lain nambah."
Ajun tersenyum kecut. "Kirain gue pergi bakal berubah, ternyata engga." gumamnya. Mengangkat kepala saat melihat pria berjas hitam memasuki rumah.
"Heh, Jun. Udah balik kamu?" tanya Raul. Papahnya Ajun mengangkat tangan, tersenyum lebar menyapa teman-teman anaknya. "Kirain lupa jalan pulang." katanya sembari memeluk sang putra bungsu.
Ajun mencibikkan bibirnya ke depan. "Bau asem banget nih orang tua." dumelnya membuat Raul menabok lengan pemuda itu. "Bang Anta kemana?"
"Duhh sayang, ngga pernah berubah ya." Tara memeluk gadis di depannya dengan erat. "Mamah kangen banget sumpah. Biasa tiap sore selalu ngapel kan ya depan rumah."
Shakilla terkekeh. Balas memeluk pelukan dari wanita itu dan mengusap punggungnya pelan. "Sama, Killa juga kangen. Udah lama ngga makan masakan mamah." ucapnya terkekeh.
Wanita paruh baya itu cekikikan, menoel hidung mancung gadis di depannya dengan gemas. "Mamah masak banyak." katanya sembari berjalan menuju dapur. "Ayok temen-temen Ajun, makan dulu yuk. Di enakin aja, masakan tante enak loh."
"Om, Ajun di Jakarta mainin cewek mulu." adu Raka asal. Tercengir lebar sambil duduk di sebelah pria itu.
Salah satu keunikan keluarga Ajun ya gitu, yang bungsu di panggil abang dan yang sulung tetep di panggil abang juga. Sebenarnya ini ide Ajun, pemuda itu tak terima di panggil adek. Katanya ngga cocok sama mukanya yang dewasa. KATANYA.
"Pada di makan ya." ucap Ajun mempersilahkan Aksa dan yang lain. Berjalan menuju ruang tamu sambil mengomat-ngamit. "Napa sihh."
"Bener kamu di Jakarta mainin cewek mulu?" tanyanya. "Jangan belagu ngapa sih bang."
"Buset, apaan sih pah. Jangan nuduh napa." elak Ajun. Menoleh ke samping menatap Raka yang sudah tercengir lebar. Ia jadi menggertakkan gigi-giginya. "SINI LO KUNYUK!!"
"Assalammualaikum!"
"Loh? Rame bener, ada hajatan ya di rumah ini." suara berat itu berasal dari seorang pemuda di ambang pintu. Mahasiswa semester tiga itu tampak terdiam cengo. "AJUN! KAMU BENER AJUN??"