{31} Ngga ada hak

809 52 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Pemuda ber-hoodie hitam tengah berjalan santai menyusuri koridor, dengan tampang lesu tidak seperti biasa nya. Mengabaikan banyak tatapan dari adkel, kakel, maupun seangkatan. Tidak ada yang menarik, kecuali gadis itu.

"Sa!"

Gadis manis tersenyum lebar ke arah nya, sambil melambai kan tangan ia pun mendekat. "Ikut kannn???"

"Gak." sarkas Aksa melanjutkan langkah nya.

Vanessa mencibikkan bibir nya ke depan. "Lo ngga ikut gue juga ngga ikut loh jangan lupa."

"Gue risih, ngerti ngga sih??"

"Lo tuh semakin hari semakin aneh." sahut gadis itu. "Dulu-dulu lo ngga pernah ngehinar setiap gue deketin, banyak yang berubah dari lo tau ngga sih??" jelas nya mencoba ingin di mengerti.

Pemuda itu berdecak, "Gue berubah karna lo secara terang-terangan nunjukin rasa suka lo,"

Vanessa tercengo. "L-lo tau?"

"Dari kelas 10 gue juga udah nyadar."

Gadis itu semakin di buat melongo mendengar jawaban dari partner olim nya. "Lo sadar? Tapi lo diem aja??" kekeh nya miris.

"Terus lo mau gue gimana anjir?" kesal Aksa tak habis fikir.

"Yaa...notice gue paling engga..." lirih nya.

"Dari awal gue cuma anggap lo partner olim Van, jangan ngedesak gue tiap hari terus."

Vanessa mengepalkan kedua tangan nya. Merasa malu dan kesal secara bersamaan. "Lo jahat tau ngga sih?!"

Aksa menaikkan satu alis nya tak mengerti. Dia ngga merasa salah, karna memang sedari awal gadis itu tidak mau jujur tentang perasaan nya. Kalau pun jujur ya dia tetep ngga bakal terima, tapi setidak nya dia bisa menghargai perasaan gadis itu.

"Anj-" umpat nya tertahan. "Lo pura-pura bego padahal sebenernya lo tau perasaan gue." kekeh nya sambil menghapus air mata yang tiba-tiba turun.

Aksa menghela nafas panjang. "Van? Yang sedari awal ngga mau jujur siapa? Setidak nya lo jujur aja, walaupun gue ya...ngga terima, tapi gue masih bisa ngehargai perasaan lo. Dan walaupun gue udah tau tapi lo yang ngga jujur ngebuat gue terus pura-pura ngga tau. Ngerti ngga sih??"

Vanessa terisak, melirik kanan kiri yang untung nya tidak ada siapa-siapa. Mereka melewati koridor perpus yang memang jarang di singgahi murid-murid kecuali siswa kutu buku or ansos.

"Seorang lo tau perasaan gue kan??" sahut nya mulai berani menatap mata itu. "Berarti lo udah bisa ngehargai perasaan gue kan??"

Aksa terdiam sesaat, kemudian bergumam seada nya.

"Yaudah, gue minta lo ikut olim minggu depan, itu salah satu cara ngehargai perasaan gue."

"Masalah sekolah ngga bisa di bawa-bawa ke masalah pribadi." ucap Aksa dingin. Merasa tidak setuju, padahal ia sengaja tidak ikut karna kali ini waktu nya sangat tidak tepat.

AKSHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang