Ketua geng yang terkenal berandal tapi sering ikut lomba olim.
Aksa Deovangga, pemuda berdarah Jerman-Indonesia. Sifatnya yang dingin banget kayak balok es di kutub utara, kaku banget kayak kanebo kering, ditambah ketus dan irit ngomong yang bikin s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang tadinya hari-hari Aksa tenang menjadi sedikit terganggu oleh pikiran-pikiran yang seharusnya tidak ia pikirkan. Menjadi pribadi yang cuek dan dingin sudah ia tanamkan sejak kecil, bahkan sebagian teman kecil Aksa memilih untuk menghindar agar tak terkena efek tempramentalnya.
Bisa di kata broken home nggak sih jika hanya punya satu orang tua tapi hidup berkecukupan? Tidak kekurangan apapun, semua tercukupi dan terpenuhi.
Mungkin bisa di katakan broken home, bagi Aksa. Karena, dia nggak pernah dapet apa itu kasih sayang orang tua. Dari kecil Aksa selalu di tinggal papanya untuk bekerja, dengan alasan ini semua demi kebaikan dirinya.
Jarang ada waktu untuk sekedar mengobrol, tapi sekalinya ada malah dipake buat berantem. Aksa capek, dia juga butuh bahu buat bersandar, butuh istirahat, butuh sesuatu yang hangat untuk memeluk tubuh rapuhnya.
Aksa akan menjadi orang termunafik jika bilang tidak butuh uang, tetapi dirinya tidak sekuat itu tumbuh dewasa tanpa bimbingan orang tua.
~~~~*****~~~~
Setelah jalan malam hampir sejam, pemuda tersebut memutuskan untuk duduk disebuah bangku taman. Tidak ada niatan untuk pulang ke rumah sejak kejadian beberapa jam yang lalu.
"Keluar dari geng-geng nggak jelas itu, atau semua aset papa tarik!"
"Tai." umpat Aksa, menendang kaleng di hadapannya sambil mendengus. "Kayak lo pernah ada buat gue aja." ujarnya lagi di akhiri dengan kekehan kecil. Merasa miris dengan hidupnya sendiri.
"Anj-" Aksa mengglonjat kaget ketika pipinya tiba-tiba terasa dingin. Mendongak kedepan dengan alis berkerut, bersiap memaki siapapun yang mengganggunya dengan tidak sopan seperti itu.
Aksa yang melihat hanya bisa mendengus pelan, melirik sekilas botol biru tersebut dan kembali menghadap kedepan. Tidak tertarik untuk mengambil minuman pemberian dari gadis itu.
Shakilla mencibir pelan saat niat baiknya diabaikan, lalu memilih duduk disebelah Aksa membuat pemuda itu bergeser. "Padahal kalau abis jalan santai tuh paling pas minum-minuman dingin kayak gini." ujarnya. Membuka botol minuman miliknya sambil sesekali melirik, segera minum dengan semangat hingga menciptakan suara. "Glek...glek...glek..."
Aksa menyingitkan alis, menatap Shakilla yang tengah minum dengan jengah. "Nggak usah lebay lo." ketusnya.
"Idihhh."
Keduanya kembali diam, Aksa memandang dua anak laki-laki yang masih bermain ayunan di taman tersebut. Kemudian berdecih pelan, mengingat situasi sudah malam tetapi tidak ada orang tua yang menyuruh pulang.