{36} Rencana

668 51 3
                                    

Aksa memakirkan mobil nya, sempat melirik ke rumah depan namun dengan cepat ia alih kan lagi pandangan nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksa memakirkan mobil nya, sempat melirik ke rumah depan namun dengan cepat ia alih kan lagi pandangan nya. Pemuda jangkung memasuki rumah nya dengan tenang, merasa terusik saat suara bocah mengganggu pendengaran nya.

"Aa! Aa Aksaaa!"

Aksa berdecak, menatap tajam bocah laki-laki itu membuat sang empu terdiam. Ia kembali melangkahkan kaki nya menuju kamar yang sudah tak di singgahi beberapa hari.

Aksa melongos panjang, merebahkan diri di kasur besar nya. Memijat pelipis dan pangkal hidung pelan merasa pusing karna kurang tidur. Masalah yang terjadi akhir-akhir ini membuat nya tak bisa hidup normal.

Tok...tok...tok...

"Aa."

"Pusing ya, nih bunda bawa in susu." ucap Yura. Wanita berdaster itu menaruh gelas di atas meja, menghela nafas saat melihat putra tiri nya tengah merebahkan diri sambil memejamkan mata tanpa sedikit pun menghiraukan kehadiran nya.

Yura mendekat, hendak memegang kening sang anak namun dengan cepat Aksa tepis. "Ngga usah pegang-pegang." dingin nya. Pemuda itu berdiri, beranjak dari kasur menuju lemari baju nya. Memilih beberapa baju di sana yang akan ia gunakan di apart nanti. Tujuan awal ia ke sini ya hanya ini.

Yura menyeringit. "Aa? Kok bawa baju banyak banget?"

Aksa tampak acuh, siapa yang dia panggil Aa pun ia tidak tau. Tidak berniat menoleh apalagi menjawab pertanyaan unfaedah dari wanita itu.

"Aa? Mau pindah ke apart? Kenapa ngga tinggal di sini aja sama kita? Papah udah tau kalau Aa mau pindah? A jangan gini lah-"

"Berisik. Tau berisik ngga sih? Ngga udah urusin hidup gu-aku, urusin aja keluarga baru kalian." ketus Aksa.

"Aa siapa lagi, nama gue Aksa." dumel nya lagi. Menatap mata sendu itu sebentar, dengan cepat memalingkan pandangan nya karna sadar ada sesuatu yang sakit di sana. But Aksa dont care.

Yura menggeleng kepala. "Aa itu panggilan abang bahasa sunda. A kita sama-sama tinggal bareng di sini ngga bisa ya?"

Wanita paruh baya itu mendesah berat. "Yaudah kalau itu yang di mau, nanti kalau mau pergi jangan lupa bawa makanan ya. Bunda udah masak tadi pagi." setelah nya ia beranjak keluar.

Aksa menghela nafas panjang. Tak dapat di pungkiri dada nya berdesir saat di panggil dengan sebutan 'Aa atau abang'. Aksa segera memasukkan baju-baju nya ke dalam tas dengan tampang datar. Berdiri di kamar sambil berdecak pinggang, masih memikirkan apa lagi yang di harus bawa.

Ia teringat sesuatu, segera menuju meja belajar nya dan membuka laci paling atas. Memandang gelang hitam itu dengan tatapan yang sulit di artikan. Iya, gelang yang ia beli di pasar malam waktu itu, gelang yang couple dengan gadis bernama Shakilla. Tanpa pikir panjang ia mengambil nya, memasukan ke dalam saku untuk ia buang di luar nanti.

"Aksa pulang?"

Yura yang tengah berkutat di dapur mendongak. "Iya mas, tapi...cuma ambil baju-baju buat di pake di apart." lirih nya sendu.

AKSHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang