{54} Menahan

599 49 0
                                    

Seminggu kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu kemudian...

Byra mengecap liptintnya, menurunkan kaca langsung memandang Shakilla yang tengah terduduk manyun. Lalu menoleh ke belakang, menatap sang sepupu yang juga terlihat lesu. Lalu mengulum bibir menahan tawa, "Heh."

Shakilla menoleh, mengadahkan kepalanya seraya menyeringit. "Apa?"

"Lagi berantem nih ceritanya?" godanya berbisik kecil. Terkekeh geli saat temannya itu malah mendengus. "Akhirnya kalian punya hubungan normal juga, gue kira ngga bakal ada berantemnya."

Gadis itu hanya menghela nafas panjang, sampai saat ini mereka masih belum baikan. Lebih tepatnya masih diem-dieman. Udah satu Minggu, ngga pernah berantem sekalinya berantem sampe lama.

"Malahan seruan kalau berantem Kill. Adem-adem aja tuh kaya hambar." sahut Ines. "Udah deh jangan badmood, ntar juga baikan."

Rebeca menurunkan novelnya, ikut menatap Shakilla yang tampak tidak semangat. "Menurut novel yang gue baca, cowok modelan kaya Aksa tuh ngga pekaan. Dingin, irit ngomong, ketus, sok cool. Itu karakter di cerita-cerita, ngeselin abis anaknya." ucapnya. "Kalau berantem, harus kita duluan yang mulai ngomong. Kalau engga, ya dia bakal fine-fine aja. Seakan ngga ada kejadian."

"Bener-bener." sahut Ines. Memajukan kepalanya hingga berdekatan dengan mereka. "Aksa kan anaknya cuek abis ya, mana sampe kepikiran dia buat gimana caranya supaya baikkan. Ya dia emang ngga bakal cari cewek lain, tapi kayak ngga mau peduliin masalahnya. Kayak, yaudahlah ntar paling baik sendiri. Gitu."

Shakilla jadi menghela nafas panjang, menopang dagunya menggunakan tangan. Mengingat kejadian seminggu ini dimana mereka pulang dalam keadaan diam. Lalu Aksa tidak memberinya kabar, hingga tadi pagi pemuda itu menjemputnya untuk berangkat sekolah bareng juga seperti tidak terjadi apa-apa. Cuma diem, diem dan diem.

"Kita kan cewek, ya gengsi lah minta maaf duluan." cerocos Ines. "Lagian emang cewek pernah salah, ya jelas enggak. Enak aja."

Byra berdecih, "Jangan pada nilai orang dari kebanyakannya doang anjir. Aksa tuh diem-diem gitu suka perhatiin Shakilla juga." katanya. "Ngga mungkin ngga perduli, orang dia aja bisa tau Shakilla suka 1D. Sampe beliin tiket konser, kaya gitu ngga perduli?"

"Itu buat lancarin PDKTnya ege." cibir Ines.

Shakilla memandang keduanya malas, "Gue ke WC dulu deh." ucapnya beranjak. Menatap sekilas Aksa yang tengah membaca LKSnya dengan tenang. Lalu berdecih dalam hati, emang anaknya ngga pekaan. Dia kan juga mau di bujuk...

***

Gadis bercardigan putih itu membasuh wajahnya, menatap lekat pantulan diri sendiri di depan cermin. Lalu tersenyum kecut, "Gini amat punya doi."

Lalu Shakilla beranjak dari sana, ketika hendak keluar ia berpapasan dengan Mahessa yang tengah memegang beberapa lempar kertas. Pemuda itu mendongak, tersenyum manis membuatnya juga ikut tersenyum.

AKSHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang