Ketua geng yang terkenal berandal tapi sering ikut lomba olim.
Aksa Deovangga, pemuda berdarah Jerman-Indonesia. Sifatnya yang dingin banget kayak balok es di kutub utara, kaku banget kayak kanebo kering, di tambah ketus dan irit ngomong yang bikin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagiku cerahku, matahari bersinar, ku gendong tas merah ku di pundak.
Oh tidak.
Itu tidak berlaku bagi seorang Aksa.
Kini pundak nya aman-aman saja, kosong tidak sedang merangkul apapun.
Pemuda tampan itu tengah berjalan santai menuju kelas dan di ikuti seorang siswa berkacamata di belakang nya.
Tas hitam bergambar pedang yang bersilang membentuk huruf X itu tengah bertengger di tumpukan buku paling atas. Ajis, murid 11 Ips 1 membuat mood nya yang tadi cerah merekah mendadak dongkol.
Entah siapa yang salah, pemuda itu tak sengaja nabrak Aksa waktu belokan deket perpus, karna anak kutu buku itu tidak terlalu melihat jalan karna ia mengangkat setumpuk buku untuk di taro di perpus.
Ya...itu semua buku yang ia pinjam beberapa minggu lalu, deadline kembaliin nya hari ini. Kalau telat aja bisa-bisa ga di bolehin minjem lagi selama sebulan.
Padahal mbak Nafi penjaga perpus udah ingetin sebelum bel masuk buku itu harus udah di kembaliin. Tapi pemuda tampan berhati galak ini menyuruh nya membawa tas yang isi nya ga seberapa itu ke kelas.
U know perintah Aksa ga boleh di bantah.
Selain banyak makan waktu, tangan Ajis juga mau patah. Pegel banget...
Ines menoleh. "Eh gebetan lo re." ucap nya menyenggol lengan Rebeca.
Gadia berambut pendek itu ikutan menoleh. Melotot lebar ketika melihat siapa yang datang. "Gue timpuk lu ya."
"Ini taro dimana sa?" tanya Ajis melirik Aksa.
Pemuda itu tampak berfikir. Mengedarkan pandangan nya ke seluruh isi kelas yang sudah cukup ramai.
"Kok gue lupa ya gue duduk di mana." gumam nya membuat Ajis melotot.
"Saa...ini...beratt." ucap nya seperti menahan sesuatu. Entah itu menahan sakit, menahan berat, menahan kentut, atau menahan rindu. Hanya Ajis, author, dan tuhan lah yang tau.
"Bentar gue lupa." desis nya memijat pelipis seolah berfikir.
"Eh, ada perpustakaan berjalan?" tanya Jojo dari arah pintu.
"Lo siapa dah?" timpal Venus yang datang bersamaan dengan Jojo.
Pemuda itu menoleh takut. "Itu...gue mau naro tas Aksa."