Ketua geng yang terkenal berandal tapi sering ikut lomba olim.
Aksa Deovangga, pemuda berdarah Jerman-Indonesia. Sifatnya yang dingin banget kayak balok es di kutub utara, kaku banget kayak kanebo kering, di tambah ketus dan irit ngomong yang bikin...
maaf ya ngga up beberapa hari, lagicapebgt hehe...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jadi ceritanya hari ini Shakilla dan keluarga lagi keluar, sengaja makan-makan di luar karna besok Ara udah mulai ujian. Suport sistem di keluarga mereka gitu, supaya besoknya Ara semangat.
Dan tentunya tidak ketinggalan, dua kucrut yang lagi ngantri es krim untuk tuan putrinya.
"Itu tuh siapa yang ngajar kamu les?" tanya papah. Menyuap sekali makanan terakhirnya lalu mengelap mulut dengan tissue.
"Kak Adnan." sahut Ara. "Mulai besok kan ya lesnya."
"Yakin sama anak kuliahan? Kenapa ngga nyari yang udah orang tua aja, biasakan kaya gitu lebih berpengalaman." usul Aditya.
"Jangan mandang dari umur deh pah, kamu kan ngga liat pas perkenalan Adnan semalem." balas mamah. "Anaknya sopan banget, auranya berwibawa gitu. Kalau punya anak gadis lagi mamah jodohin asli."
"Masa sih mah? Perasaan adiknya si Dimas rada gesrek deh." gumam Shakilla. Mengingat semalam ia tak ikut melihat pengajar les Ara karna pergi dengan teman-temannya.
"Nih satu, nilai orang dari saudara-saudaranya." celetuk Raka. "Coba di liat, bunda mah baik Nauzubillah. Lo sama Ara modelan suka ngegas." katanya sembari menyodorkan es krim.
Shakilla mendengus, mengambil es krim tersebut sambil misuh-misuh. Mengerjab sadar saat yang ia makan es krim Vanilla, ternyata rasanya enak selain rasa Coklat. Menoleh ke arah Raka yang lagi tercengir lebar ke arahnya.
"Ra, kalau kamu dapet nilai rata-rata sembilan puluh, aku ajak ke cafe Yeorim deh." ucap Ajun. Menaik turunkan alisnya menggoda.
Gadis itu menoleh, lalu menghela nafas panjang. "Kalau mau ngasih tuh jangan di imbalin sama sesuatu yang mustahil aku dapetin deh bang." dengusnya.
"Loh, kenapa? Emang se-oon itu kamu sampe mustahil dapet nilai rata-rata sembilan puluh?" tanya papah memancing. "Padahal kalau benera dapet mah, papah mau beliin album blackjack."
Ara melotot, "Blackpink pah!" tegurnya menggeplak lengan sang papah, membuat empunya tertawa geli. "Beneran nih ya??"
"Mamah juga ikutan deh, kalau beneran dapet nilai segitu, mamah kasih tas Channel inceran kamu." ucap Tiara ikutan.
Shakilla melebarkan matanya. "Mah, itu berlebihan ngga sih. Bocil kaya dia ngapain di beliin Channel coba." sebalnya.
"Penyakit iri hati sungguh tidak baik kawan." ujar Raka menepuk pundak temannya menyabarkan.
"Sriuosly? Aaaaa! Plis banget aku harus dapetin nilai rata-rata sembilan puluh. Mohon doanya kawan-kawan." ucap Ara antusias. Berdiri dari duduknya sambil membungkukkan badan.
"Loh, loh. Tiara??"
Seisi meja menoleh ke arah sumber suara, pekikan dari mamah membuat yang ada di sekitar jadi mendelik kaget. "Ziva!"