Ketua geng yang terkenal berandal tapi sering ikut lomba olim.
Aksa Deovangga, pemuda berdarah Jerman-Indonesia. Sifatnya yang dingin banget kayak balok es di kutub utara, kaku banget kayak kanebo kering, di tambah ketus dan irit ngomong yang bikin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pemuda berjaket hitam menghidupkan sebatang rokok di tangannya, menghisab beberapa kali lalu meletakkannya kembali di asbak. Detik berikutnya ia tersenyum smirk, memandang satu persatu anggotanya dengan seksama.
"Minggu ini kita serang Guildgral, pada setuju nggak?"
Seisi ruangan langsung menoleh ke arah sang leader, hanya di balasan senyuman manis dari pemuda itu yang semua anggotanya pun tau itu senyuman licik.
Rio menaruh ponselnya, "Serius?"
Devan mengangguk mantap, "Yang terpenting kita jatuhin ketuanya dulu, kalau ketua jatuh semua anggota pasti bakal jatuh. Dah kita udah tau kelemahan ketua Guildgral." katanya menyombong.
Reza menyeringit, "Kelemahan? Kalian udah tau kelemahan Aksa?"
"Dia itu udah ada ceweknya bos kedua." celetuk Fadli. "Keliatan banget sayang sama tu cewek pas di acara tanding basket kemarin."
"Dia ngga bakal mau ceweknya kenapa-napa, kita cuma harus ngehancurin Guildgral dan ngebuat Carlavet sebagai satu-satunya geng yang di segani. Selesai." ucap Devan enteng. Mematikan puntung rokoknya yang sudah pendek.
"Kalian ngejadiin ceweknya sebagai umpan?" beo Reza merasa tak yakin.
"Itu satu-satunya cara bos kedua, kalau kita ngusik keluarganya terlalu berlebihan. Apalagi bokap dia yang berpengaruh di kota ini." sahut Fadli.
"Terus ngusik ceweknya menurut kalian ngga berlebihan?" tanyanya membuat seisi ruangan bungkam. Reza berdecak, "Tau nggak gimana perasaan tu cewek, dia yang ngga tau apa-apa tiba-tiba di serang. Lucu banget."
"Bang jangan salah, gitu-gitu ceweknya jago bela diri." sahut Afka. "Kemarin aja bang Devan sempet di...pelintir tangannya...." ringisnya di akhir kalimat. Langsung terdiam bungkam saat Devan menatap tajam.
Devan berdehem, "Lo gue suruh cari identitas ceweknya kan? Udah dapet?" tanyanya kepada Jeno yang tengah mengunyah roti.
Pemuda itu mengangguk, lalu meringis kecil. "Kita bedua cuma tau namanya Shakilla, sekelas sama Aksa ya Ka. Kelas berapa teh? Kelas...11 IPA 3 ya." ucapnya yang di angguki Afka.
Reza terdiam beberapa saat, kembali menatap Jeno dengan lekat. "Siapa namanya?"
"Shakilla, famous abis di Yeorim itu. Anak baru pindah udah dapatin Aksa." sahut Afka yang cukup update. "Kasian nasib kak Vanessa, cintanya bertepuk sebelah tangan. Padahal mah masih gantengan gue nggak sih bang." ucapnya yang langsung di gaplok spontan oleh Zaki.
Pemuda itu terdiam, lalu menggeleng. "Enggak." ujarnya. "Yaudah buat setrategi."
Devan mengangguk, seisi ruangan langsung berkumpul di meja panjang yang memang di sediakan. Pemuda itu mengeluarkan kertas dan pena di laci meja, mulai berbicara serius yang sangat di amati oleh anggota lainnya.