{56} Aksanya, pergi

687 54 0
                                        

Mau publish semalem, tapi wp mendadak error dan ga bisa up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau publish semalem, tapi wp mendadak error dan ga bisa up. Sedih bgt jujur, takut kelamaan ga up terus pembacanya kabur:(

Btw part ini lumayan panjang, ramein yaaaa.






Shakilla memandang langit-langit kamarnya, sudah sejam lalu ia berusaha untuk tidur, namun matanya justru seakan tidak mengizinkan. Ia pun mendongak, menatap jam dinding berbentuk rumah yang sudah menunjukan pukul 00.21wib. Kan, tau-tau udah jam setengah satu aja. Padahal ngerasanya dia baru goler-goleran bentar.

Gadis itu mengambil ponselnya di atas meja, mengecek pesan yang masuk di salah satu aplikasi. Lalu menghela nafas berat, ternyata menunggu pemuda itu membalas pesannya yang membuat ia tidak bisa tidur. Nyatanya memang benar, Shakilla menunggu Aksa membalas pesannya. Sebegitu khawatir ia karna pemuda itu izin untuk berbuat ulah.

"Dia ngga ngerampok bank kan ya..."

Tok...tok...

Shakilla menoleh, menatap jendela balkon yang baru saja terdengar suara ketukan. Lalu mengorek kupingnya menggunakan jari untuk memastikan pendengarannya.

Tok...tok..

"Ngga lucu kalau Mimi ngetok jendela." ucap gadis itu. Menggigit kuku panik sambil berjalan mendekat. "Ini gue ege banget, udah tau panik masih aja di deketin."

Tok...tok...

Shakilla mengambil sapu lidih yang selalu ada di atas kasurnya, memegang benda itu dengan erat sambil kembali berjalan ke jendela balkon. Lalu menghela nafas panjang agar tetap tenang, membuka perlahan gorden jendela dengan gregetan.

"Bissmillah, kalau maling langsung gue jorogin ke bawah serius."

Srek...

Mata gadis itu membulat sempurna, "AAA-mmpphh." mulutnya langsung di bungkam oleh tangan besar. Sontak terdiam ketika mencium parfum yang sangat ia kenal.

Shakilla pun mendongak, menatap Aksa yang juga tengah menatapnya lekat. Pemuda itu mulai melepaskan tangannya dari mulut Shakilla secara perlahan, menaruh jari telunjuk di bibir mengisyaratkan agar gadis itu tetap diam.

Tok...tok...

"Kak, tadi papah denger suara teriakan. Itu apa ya."

Keduanya sontak sama-sama melotot, Shakilla reflek mendorong Aksa ke lemari dan menyuruh pemuda itu untuk bersembunyi. Ia yang hendak pergi jadi berbalik badan saat sebuah tangan besar menahannya.

Aksa mendesah berat. "Aku ngga mau di sini, panas."

"Kak, buka dulu ini pintunya." suara papah lagi-lagi terdengar. Mengetuk pintu kamarnya beberapa kali dengan agresif.

AKSHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang