{63} Seharusnya

475 37 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Keempat remaja berseragam SMA menjelajah berbagai toko yang tersedia di dalam mall. Mulai dari toko pakaian, sepatu, hingga buku. Mengabaikan beberapa ibu-ibu yang menyinyir mereka karna pulang sekolah tidak langsung pulang ke rumah.

"Kan gue bilang juga apa, bagusan yang warna bening ege." ujar Ines. Memandang miris temannya yang merucutkan bibir. "Kaya orang buta asli."

"Aaaa." Byra merengek gemas. "Perasaan tadi di kaca tokonya gue cakep banget ngga sih, kaya Gigi Hadid pas sama Zayn waktu mereka nonton ke bioskop."

Rebeca yang tengah melihat-lihat novel terbarunya jadi mendongak. "Najis, jauh beda anjir." katanya tak terima saat Idolanya di sama-samakan.

Shakilla yang memperhatikan hanya terkekeh geli, membuka ponselnya sembari menyesap jus yang di pesan. Menghela nafas panjang saat melihat room chat Aksa yang belum juga membalas pesannya. Bahkan di baca juga belum

"Heh, ke Time Zone yuk??" Ines mengajak dengan antusias. "Ada permainan baru katanya, ayolahh ayo. Ya? Ya?" ujarnya dengan mata berbinar.

"Ngga ada capeknya ya lo, Nes." ucap Byra. Menggeleng kepala heran seakan temannya itu tidak mengenal kata capek.

Gadis dengan tas berwarna putih itu mendengus. "Jarang-jarang tau kita hangout begini. Apalagi pasti bakal di sibukkin sama materi-materi UN." ucapnya stress sendiri. "Bisa langsung kuliah aja ngga sih."

"Goblok, makin setress lo kalau kuliah." umpat Rebeca reflek. "Bisa jangan ngerengek kaya anak kecil kan?"

Ines memandang sinis temannya, detik berikutnya ia meringsut. "Mulutnya Rere jahat banget..." lirihnya. Menopang dagu di meja sambil menoleh ke samping. Tak sengaja menatap Shakilla yang berdiam diri dengan ponsel di tangan. "Kill?"

"Hm?" gadis itu menoleh. "Apa?" sahutnya sambil menggeser jusnya.

Ines memicingkan matanya. "Diem-diem mulu, berak lo ya?"

"Anj." Shakilla tertawa geli. Menabok lengan temannya membuat sang empu terkekeh sambil menjauh kesakitan.

"Btw kalau cowok berubah tu pertanda apa?"

Ketiganya sontak terdiam, saling bertatapan beberapa detik sebelum pertanyaan salah satu dari mereka membuyarkan keadaan yang sempat hening.

"Berubah?" beo Rebeca. "Dalam artian?"

Shakilla menggumam. "Berubah dalam segala hal. Hal-hal yang sering di lakuin bareng jadi ngga pernah lagi, makin jarang berkabar, makin-"

"Wait, jangan bilang yang lo maksud itu Aksa?" sela Byra memandang temannya lekat.

Melihat tidak ada respon sama sekali dari Shakilla membuat ketiganya berdecak. Yakin maksud di balik berdiam dirinya itu sebagai tanda jawaban 'iya'.

AKSHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang