Ketua geng yang terkenal berandal tapi sering ikut lomba olim.
Aksa Deovangga, pemuda berdarah Jerman-Indonesia. Sifatnya yang dingin banget kayak balok es di kutub utara, kaku banget kayak kanebo kering, ditambah ketus dan irit ngomong yang bikin s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shakilla membetulkan sheetmasknya, beranjak dari kasur untuk mengambil ponsel yang berdering di atas meja. Langsung tersenyum lebar saat melihat siapa yang menelfon.
Tanpa basa basi ia langsung mengangkat panggilan tersebut dengan semangat. "Halo."
"Lagi pake masker." sahut gadis itu membetulkan lagi sheetmasknya. "Ini seriusan kamu bakal balik ke rumah? Abis dapet hidayah atau abis di ruqyah?"
Aksa mendengus kecil. "Kamu ngga seneng aku balik ke rumah? Kan kita bisa ketemu tiap hari."
"Ya seneng atuh kumaha sih. Tapi ceritanya bisa gini itu gimana."
"Nothing special. Just males banyak masalah, cuma pengen hidup normal dan punya keluarga."
Shakilla sontak tersenyum lebar. "Aaaa! Kalau lagi kaya gini tuh bawaannya pengen bawa balik." ujarnya menggigit ujung kuku gemas. Merasa perkataan pemuda itu terasa gentle.
"Jangan teriak, itu maskernya gimana?"
"Udah aku lepas." balasnya membuat Aksa terkekeh geli.
Aksa membaringkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamarnya sambil tersenyum sendiri. "Yaudah aku siap-siap dulu ya. Jam delapan papah mau ngajak dinner."
Shakilla mengangguk, menaruh bekas maskernya ke atas meja. "Sana gih, goodluck gantengkuu!"
Pemuda itu melebarkan mata. Langsung menutup mulut menahan diri untuk tak merespon berlebihan. Lalu menggumam, "Bye Kill, see you."
Sambungan terputus, Aksa yang berada di kamar apartnya langsung terbangun. Menutup mulut lagi sambil berjoget ke sana-kemari. "Gantengku?" gumamnya tersenyum malu. "Anjing gue di ganteng." katanya lagi sambil menggetok kepala beberapa kali gemas.
***
"Arya!" panggil Yura yang sudah rapih. "Arisia budak, sini dulu pake bedaknya ihh."
Bocah berstelan jas abu-abu itu menoleh, "Bun, si Jalunya belum di kasih makan sama papah ya. Ini dia ngapung di atas." katanya sambil menunjuk ke dalam kolam.
Yura menyeringit, mendekati sang anak langsung meraup mukanya untuk menaburi bedak membuat Arya terbatuk karna bedak masuk ke dalam mulut. "Nah, gini kan cakep."
"Bundaa!" pekiknya kesal. Merapihkan lagi bedak yang bercecer ke jas. "Ini liat si Jalunya."
"Loh iya, udah mati ini mah." sahut Yura. "Yaudah nanti biar di serok sama pak Asman."