Ketua geng yang terkenal berandal tapi sering ikut lomba olim.
Aksa Deovangga, pemuda berdarah Jerman-Indonesia. Sifatnya yang dingin banget kayak balok es di kutub utara, kaku banget kayak kanebo kering, di tambah ketus dan irit ngomong yang bikin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang pria berkepala empat sudah bersiap dengan jas hitam nya, pita kupu-kupu berwarna putih serta peci berwarna hitam yang terlihat pas di kepala. Sungguh penampilan yang sangat penuh kharismatik walau usia yang sudah tak muda lagi.
Ia mengambil benda pipih di atas meja, mencoba menelfon nomor seseorang. Namun lagi dan lagi, panggilan itu tetap tak terjawab.
Menghembuskan nafas panjang sekali lagi, mencoba untuk tersenyum dan keluar dari kamar utama. "Bi??"
"Eh, tuan." sapa bi Inah yang tengah repot menyuapi bocah laki-laki berumur delapan tahun.
Romeo tersenyum. "Arya, makan yang bener. Nanti om marah nih??"
Bocah berstelan jas mini itu menoleh, bukan nya takut malah senyum nya mengembang dan langsung melempar mainan nya ke lantai. "Omm!" pekik nya girang menghambur kepelukan pria payuh baya itu.
"Makan ya, abis ini kita bakal pergi ke hotel." bujuk nya mengelus pelan punggung mungil itu.
Arya menyeringit. "Jadi kita pake-pakean kaya gini mau ke hotel??" sahut nya. "Alahh, ribetin bangettt, kemaren Arya pergi sama bunda ke hotel ngga ribet gini. Bunda malah suruh pake baju santai." kesal nya menatap pakaian yang ia pakai.
Romeo terkekeh. "Ini acara penting." ucap nya membetulkan dasi bocah tersebut. "Eh, ngomong-ngomong kamu ganteng banget sih?"
Arya mengerjab. "Beneran om??"
"Lah iya ganteng, gih makan dulu sama bi Inah terus kita ke hotel nya." ucap Romeo seraya menurunkan bocah laki-laki itu dari gendongan nya.
"Bii! Arya mau makan dongg!" pekik nya tercengir saat melihat bi Inah berdecak pinggang ke arah nya. "Serem amat siii...." cicit nya kecil.
Di lain rumah, gadis berdress putih tengah mencatok rambut hitam nya agar sedikit bergelombang. Setelah selesai ia tersenyum, menatap puas hasil mahakarya nya sendiri. "Bisa kali ya buka salon sendiri." kekeh nya kecil.
"Kak!"
Tok...tok...tok...
"Catokan di kamu ya!"
Shakilla yang hendak memakai pita di rambut nya menoleh. "Iya! Ambil aja." teriak nya.
"Widihh cakep benerrr, tauu yang mau tampil sempurna di hadapan calon mertua." celetuk Ara cekikikan sambil mengambil catokan tersebut.
Gadis itu mengerang kesal, hendak melempar bantal tapi bocah sialan itu sudah keluar lebih dulu.
Brak.
Shakilla mengglonjat kaget, segera menatap ke arah pintu dengan kesal. Menampilkan dua pemuda yang tampilan nya urakan. Bahkan untuk mengatur dasi saja tidak benar.
"Killa......" rengek Ajun frustasi. "Udah selesai kan dandan nya? Dandanin kita jugaaaa." ucap nya gemas.
Raka mengangguk cepat, mereka berdua sama-sama putus asa. Dari apart ngebut ke sini agar penampilan mereka terlihat maksimal. Minimal ngga acak-acakan aja.