Tanam tanam ubi, kalian tak akan rugi
✨ PapahCendol ✨
─────────────────── 𝔈𝔫𝔥𝔶𝔭𝔢𝔫𝔦𝔷☃︎Dalam konteks kalimat yang baik, mungkin kalimatnya ialah; sekurang ajar apapun Lee Yeonjun, masih ada Lee Heeseung yang melebihinya.
Tapi, dalam kamus bahasa yang hanya dimiliki oleh Park Jay seorang, kalimatnya berubah menjadi; Sebrengsek-brengseknya si bibir bebek tukang goda adik orang, ternyata si hidung perosotan sialan lebih brengsek. Kebrengsekkannya bahkan melewati Jack the ripper─kalimat yang tidak pernah mangkir dari makian yang dilontarkan pada si pengejar cintanya.
Jangan salahkan mulut Jay yang terlampau vulgar dan kasar, juga tindak-tanduknya yang keseringan kelewat bar-bar. Limpahkan semua kesalahan pada tingkah si sulung Lee yang menjadikan mari-menggoda-Jayie- tercinta sebagai kegemaran yang tidak pernah absen dari kegiatan wajib yang dilakukan setiap saat.
Seperti sekarang, contohnya.
Dengan tubuh tegap yang dibalut jas super mahal, punggung yang disandarkan pada kap mobil yang terparkir manis di depan rumah si puppy galak namun indah dan seringaian khas Lee, Heeseung sukses membuat tingkat kekesalan sang Park sulung mencapai level teratas.
"Halo, Jayie sayang,"
"Maaf saja, perosotan. Rumahku bukan penampungan orang tidak tahu malu macam dirimu. Kau sepertinya salah alamat," Jay dan kalimat menusuknya.
Heeseung terkekeh pelan lalu tersenyum. "Oh, ya? Tapi menurut GPS-ku, alamatnya sudah benar, kok," Jawabnya santai, seraya melirik ponsel ditangannya.
Dengan tangan yang kini melipat di dada, Jay memandang remeh Heeseung. "GPS-mu sudah tidak berfungsi─seperti otakmu. Jadi segera pergi dari sini, sekarang."
Dahi si lelaki tampan mengernyit sedikit, mata difokuskan pada layar ponselnya. "Tidak mungkin salah, Jay. Karena berdasarkan GPS dan otak jeniusku ini, rumah dari orang yang akan menjadi istri dan ibu dari anak-anakku kelak alamatnya disini, dan dia sedang berada dihadapanku."
Seringaiannya melebar ketika netra onyxnya menangkap semburat merah di wajah si puppy manis. Tangan mengantongi ponsel dan mata menatap intens persona di depannya.
Sedangkan Jay yang mendapat gombal murahan dari Heeseung mendecih─mengutuk diri sendiri dalam hati karena bisa-bisanya pipi menjadi semerah apel kesukaan dan debaran jantung meningkat drastis. Antara marah dan malu, semua emosi itu bercampur.
"Perosotan sialan..." Maki Jay pelan.
Heeseung masih memasang wajah tanpa dosa dengan seringai yang terus terpasang di wajah. "Aku tau kau menyukaiku, sayang,"
Jay memasang wajah pongah. "Sampai matipun aku membencimu, perosotan,"
Mata tajam Heeseung menyipit dengan senyuman lebar. "Sampai mati pun aku juga sangat mencintaimu, Jay. Nah, ayo kita ke gereja sekarang. Pendeta sedang menunggu kita," Lelaki bersurai cokelat itu langsung menarik lengan sedikit putih milik Jay─yang tentu saja disambut dengan rontaan dan pukulan.
"APA KAU SUDAH GILA, SIALAN?! LEPASKAN!"
Heeseung berbalik. "Baru sadar? Kupikir kau sudah tahu jika aku gila karenamu, Jay."
Netra ruby memicing lalu menarik ganas surai cokelat Heeseung. Tidak terima disalahkan atas hal yang menurutnya bukan urusannya.
"Aku tidak tahu kau begitu cinta padaku sampai harus memakai cara KDRT hanya untuk memegang rambutku─AGH!" Jujur, Jay sedikit salut dengan Heeseung yang masih sempat menggodanya di sutuasi macam begini.