Warn!:
Mature, kissing, blood.Karakter dalam cerita menggunakan umur 18 keatas, tidak umur asli pemilik nama. Jadi bagi anda yang tak merasa nyaman dengan beberpa scene dibawah, bisa meninggalkan cerita atau skip.
Cerita ini murni ide saya, dan beberapa terinspirasi dari anime owari no seraph.
Atas perhatiannya terimakasih.
🦌 rynzyuu
____________________________
"Yang Mulia Ratu, sesuai permintaan Yang Mulia. Kami telah membawanya dan melaksanakan perintah Ratu"
"Kalau begitu, bawa dia kehadapanku. Kita lakukan ritual"
"Baik Yang Mulia" ujar pengawal tersebut undur diri.
Tak lama kemudian, beberapa pengawal menggiring seorang anak belasan tahun kehadapan singgah sana Ratu. Lalu dibiarkan berdiri ditengah, dengan 3 pengawal mengelilinginya.
Sang Ratu melangkahkan kakinya menuju anak tersebut yang menundukkan kepalanya. Berdiri tepat dihapadannya.
"Halo" ujarnya
"Sa-salam Yang Mulia" balas anak tersebut gagu lalu mengadahkan wajahnya. Memperlihatkan mata sewarna kristal amethyst. Meski terpancar rasa takut dan segan, tapi tak terelakkan, bahwa siapa saja yang menatap mata ini akan merasakan kelembutan dan ketenangan.
Sang Ratu tersenyum, lalu mengusap rambut blond anak itu lembut. Seraya berkata.
"Kurasa kau sudah diberi tahu sebelumnya, bahwa kedatanganmu disini untuk diangkat menjadi bagian dari inti keluarga kerajaan, sebagai pangeran""Pangeran?..." Gumam anak itu ragu. Namun setelah itu mengangguk, menyadari tak seharusnya ia membantah perintah seorang ratu. Meski ia ingin tahu mengapa ia yang seorang yatim piatu diangkat menjadi sederajat dengan pangeran, bukan bangsawan, kesatria ataupun pelayan.
"Baik Yang Mulia" ujarnya lebih jelas.
"Kalau begitu mari kita mulai" ucap Sang Ratu.
Sang Ratu berjalan mundur, mengambil jarak. Anak bersurai blond itu diam, merasa gugup karna suasana lengang. Menerka-nerka dalam pikiran apa yang akan terjadi selanjutnya.
Jleb
Pupil mata anak tersebut membesar, terbatuk, mengeluarkan darah. Diarahkan pandangannya pada dadanya, yang kini telah ditembus oleh pedang.Pedang ditarik dari tubuhnya. Membuat tubuh anak tersebut jatuh terbaring.
Lalu seorang pelayan membawakan sebuah cawan kecil kosong dan sebuah belati. Ratu lalu mengambil belati dan menggoreskannya pada lengan kirinya. Membiarkan darahnya mengalir dan jatuh pada cawan yang dibawakan tadi.
Anak tersebut mengkerutkan dahinya, memerhatikan dengan napas tersenggal dan kesadaran yang mulai berkurang. Bingung dengan situasi yang berlangsung. Mengapa ia ditusuk hampir mati? Mengapa sang ratu melukainya dirinya sendiri dan menampung darahnya?
Setelah cawan itu terisi. Dibawa cawan itu kehadapan anak tersebut, membawanya bersandar dipangkuannya. Lalu disodorkannya cawan itu ke anak tersebut.
"Minumlah" perintah Ratu.
Pinggir cawan telah menyentuh bibirnya, bau darah masuk ke penciumannya, sempat ragu. Tapi tatapan dari ratu membuatnya menegak darah tersebut.