╔──────────────╗
Seventeen - Hug
PapahCendol
╚──────────────╝Warning ⚠️ Jika kalian merasa tidak sanggup untuk membacanya, silahkan di skip. Hanya imajinasi, jangan terlalu nganggap serius.
🍑
"Aku menyerah, Tuhan."
"Aku tak punya siapapun, untuk apa aku bertahan sedangkan tak ada siapapun yang menginginkan keberadaanku?"
"Aku memang bukan Tuhan yang tau kapan aku harus mati, tapi .. aku punya perasaan yang bisa merasakan kapan aku harus pergi,"
"Ibu, aku ingin bertemu dengan ibu."
"Ibu menungguku di atas sana, menunggu aku menyerah. Dan sekarang aku menyerah,"
"Bagaimana pun, aku tak bisa sembuh. Sekalipun sembuh, aku mungkin akan cacat, dan itu akan semakin membuat semua orang susah. Sudahlah, aku mati saja."
"Tak ada satu orang pun di sampingku membuatku semakin dekat dengan ibu,"
"Kakak, aku merindukanmu."
"Ayah, bagaimana kabar ayah?"
"Aku akan selalu mendoakan kesehatan dan kebahagiaan kalian, aku harap kalian tidak melupakanku."
"Tentang ayah .."
"Tentang kakak .."
"Jungwon sayang kalian."
"Ayah, kakak..tubuhku sakit semua."
"Ayah, kakak..aku ingin dipeluk,"
"Ayah, kakak..jangan lupakan Jungwoon, ya?"
"Ayah, kakak..jangan benci aku, aku menyayangi kalian!"
"Sekali saja, aku hanya ingin mengatakan langsung pada kalian jika aku menyayangi kalian!"
Semua tertulis jelas di dalam buku harian bersampul cokelat tua dengan corak superhero favoritnya. Kekanakan memang, tapi dia memang seorang anak-anak saat itu. Tertulis jelas di setiap tulisan tangannya, tanggal dan tahun ia menulisnya.
Hanya tersisa tulisan tangannya saja dan beberapa barang lusuhnya. Anak itu tak punya barang baru atau barang yang bagus, hanya barang bekas yang sudah tak aku pakai saat itu, itupun mungkin sudah tak layak pakai.
Kakak, aku membuat syal imi sendiri. Membeli bahan-bahannya dari gajiku bekerja di kedai paman, Kim!
Seharusnya ia belajar, bermain dan bahagia di usianya saat itu. Ia hanya seorang anak remaja lima belas tahun saat itu, tapi dunia terlalu kejam padanya. Tuhan seolah mempermainkan hidupnya.