Ketika senja memikirkan rembulan, saat itulah perasaannya bersarang.
🐧 PapahCendol 🐆
Rekomen Song :
Seventeen - Habit / Abuse
Seventeen [Woozi] - What Kind of Future─────────────────────
Bila semuanya dapat di putar ulang, apakah kesempatan itu masih bisa di berikan?
Ada seorang lelaki kecil yang begitu menganggumi musik. Mencintai sebuah gerakkan tiap musik yang terputar. Tubuh yang meliuk dengan lincah di atas ruangan penuh kaca, tidak melunturkan senyuman terkembang yang begitu indahnya.
Nishimura Riki, lelaki kecil yang begitu manis.
Memikat atensi seorang lelaki tinggi, yang tidak menyukai musik. Memiliki latar belakang misterius yang terkenal cuek dan begitu antisosial.
Park Sunghoon, lelaki menawan dengan tahi lalat di hidungnya. Seorang pemain ice skating.
"Aku menyukainya! Gerakkanmu di atas ring ice begitu cantik dan memukau! Aku menyukainya, kak!" Senyuman polos yang lebar di berikan, lambaian penuh semangat membuat siapapun meneduh melihatnya.
"Dasar anak menyebalkan." Dengus Sunghoon. Tapi sunggingan samar di ujung bibir tidak dapat membohongi apapun.
Tapi sebuah rahasia tidak dapat menyembunyikan kenyataan sekecil apapun. Pada adilnya, penyesalan datang kala itu.
Sunghoon yang mengetahui kebenaran membuatnya bersalah menyakiti satu-satu orang berharga di hidupnya.
Riki yang menyerah dengan mimpi juga hidupnya, membuat cinta yang telah bersarang mengikhlaskan semuanya.
Jepang di guyur hujan, menyisakan wangi tanah yang tersiram rintik kecil perhiasan langit, membuat kenang dalam hati lelaki dua puluh tahun itu membuyar dalam pikirnya.
Wajahnya sedikit membengkak, terutama manik sipit dengan netra legamnya yang nampak mengerikan dengan rona memar dan sudut yang masih terlihat sangat basah. Sudut bibirnya pun tak luput dari luka yang belum mengering, memar mengerikan menghiasi wajah manisnya.
Jemarinya masih di genggam sedikit erat oleh sosok ringkih di atas bangsal pesakitannya, tertempel beberapa macam alat medis dengan sebagian wajah kecilnya yang tertutup masker oksigen yang terpasang apik di sana.
"Hai, kau sudah bangun? Tunggu, aku akan memanggil dokter dulu─"
Tubuhnya hendak beranjak, tapi sebuah uluran erat memberhentikan gerakkannya.