Kata orang, kamu tak akan pernah melupakan cinta pertamamu.
Bagi Jungwon dan Sunghoon, hal itu tampaknya benar.
Bagi Jungwon, Sunghoon adalah cinta pertamanya. Segala pertamanya; orang pertama yang membuat hatinya berdegup cepat, orang pertama yang mengerti setiap inci dirinya, orang pertama yang tersenyum padanya seakan ia adalah orang yang sangat berharga.
Mungkin, hal itu hanyalah sebuah ilusi cinta pertama, namun belakangan ini, Jungwon merasa dirinya dapat mendengar kata 'selamanya' setiap Sunghoon tertawa, setiap Sunghoon memeluknya, setiap Sunghoon memanggilnya, setiap Sunghoon mencumbunya.
Terkadang, ketika Jungwon melirik Sunghoon, ia akan mendapati lelaki itu tengah memandangnya juga dengan sebuah senyuman yang lembut, seakan kehadiran Jungwon saja telah memberikan sebuah kebahagiaan pada hari-hari Sunghoon.
Terkadang rasanya masih seperti ilusi, terlebih jika mengingat seberapa lama Jungwon menyimpan rasa pada Sunghoon tanpa lelaki itu tau. Dan ia tak pernah menyangka sebelumnya bahwa Sunghoon membalas perasaannya.
Jadi, memiliki hal ini – memiliki Sunghoon yang menautkan jemari mereka sembari berjalan di tempat umum, tersenyum sembari menyelipkan rambut Jungwon di balik telinganya, mendaratkan kecupan-kecupan lembut di tangannya yang Sunghoon genggam – masih terasa seperti sebuah keajaiban
Hubungan mereka baru berjalan tiga bulan, namun Jungwon sudah yakin – dari pipinya yang memerah setiap Sunghoon membisikkan godaan-godaan genit padanya dengan wajah yang berlagak seksi – bahwa ia mencintai lelaki itu, bahwa rasa cinta yang ia rasakan itu tak akan pernah sirna.
Kamu tak akan pernah melupakan cinta pertamamu, itu yang selalu di katakan orang-orang.
Namun, ia tak tau apakah ia cinta pertama Sunghoon.
Rasanya tak mungkin, mengingat seberapa banyak orang yang telah dikencani oleh Sunghoon.
Sunghoon memiliki reputasi yang diketahui banyak orang ketika Jungwon pertama kali bertemu dengannya. Lelaki itu memiliki reputasi sebagai orang yang tidak suka dengan hal yang serius; terkenal sebagai seseorang yang akan berdansa denganmu di klub malam, mengajak mu pulang ke apartemennya, menghabiskan malam dengan bercumbu dan pergi setelah meninggalkan kesan yang mendalam.
(Jadi, bayangkan seberapa kagetnya Jungwon ketika ia dengan ragu mengajak Sunghoon untuk mencoba sebuah café baru – hanya untuk menikmati kopi, tak lebih – dan Sunghoon mengajaknya kencan setelah itu.)
Memiliki reputasi sebagai seseorang yang akan pergi jika sebuah hubungan berubah menjadi sedikit menyulitkan dan membingungkan, sebagai seseorang yang tak mau mengeluarkan usaha pada sebuah hubungan.
(Namun, dua minggu setelah kencan pertama, ketika jadwal mereka mulai padat dan kesulitan mencari waktu untuk bertemu, Sunghoon datang ke apartemennya pada pukul 1 malam, dan wajah lelahnya berubah cerah ketika Jungwon membukakan pintu untuknya.)
Sebagai seseorang yang akan lari ketika kata 'hubungan' dan 'komitmen' di ungkit.
(Karena itulah Jungwon menghabiskan waktu satu bulan berada di ujung tanduk, dengan hati yang semakin cemas sembari mempertanyakan apakah kamu merasakan ketertarikan yang sama padaku? Namun tak bisa mengatakannya dengan lantang, takut Sunghoon akan meninggalkannya. Karena itulah ia selalu mengatupkan mulutnya rapat, hingga pada suatu malam, Sunghoon yang terlihat pucat karena gugup, menggenggam tangannya dan berkata—Gua sangat sangat suka sama lu, dan gua pingin menjalin hubungan. Hubungan yang lebih dari sekedar temen. Sama lu.)
Sunghoon tak banyak bicara tentang semua hubungannya di masa lalu, hanya menjawab dengan senyuman yang terlihat di paksakan. Lelaki itu akan bergumam bahwa sebagain besar bahkan ngga bisa gua labeli hubungan yang serius, Jungwon-ah, hanya mengungkapkan satu sisi saja sehingga Jungwon bertanya-tanya tentang hubungannya yang serius.