Sunoo, Jaeyoon, Heeseung, Niki, Jungwon dan Sunghoon duduk melingkari meja tempat biasa mereka biasa makan. Pandangan mereka tertuju pada sesuatu yang terletak di atas meja itu; sebuah batu permata yang mengkilap bersih berwarna biru emerald.
Heeseung menarik nafas. "Ada suratnya."
Sunoo mengangguk kaku, dan mengambil sebuah kertas kecil yang hanya memiliki satu kalimat.
'Untuk Kembang Desaku.'
"Oh?" Sunoo tersentak kaget. "Ini untukku."
Heeseung mengangguk. "Itu tulisan tangan Jongseong, iya kan?"
Jaeyoon menghisap cerutunya. "Iya, aku rasa."
"Kalau begitu." Sunghoon menyilangkan tangannya di dada dengan angkuh. "Perkataanku benar."
"Jongseong sedang jatuh cinta!" Niki berseru senang. "Ia sedang jatuh cinta!"
"Ia tak sedang jatuh cinta." Gerutu Sunoo, berusaha mengacuhkan pipinya yang memanas.
"Dia benar-benar jatuh cinta." Bisik Jungwon tak percaya, wajahnya berubah melankolis dengan sebuah senyuman penuh khayal "Seorang Naga yang jatuh cinta kepada sekuntum bunga."
"Kan aku sudah memberi tau kalian, dia sedang meng-courting Sunoo!" Sunghoon tertawa puas. "Sudah kubilang kan?"
Dan, hadiah itu tidak berhenti berdatangan.
Setiap pagi, Sunoo melangkah menuruni tangga dan menemukan sebongkah batu yang indah terletak di atas meja, terkadang bahkan permata dan berlian yang tampaknya Jongseong dapatkan dari dasar terdalam danau yang belum terjamah oleh manusia. Sunoo menyimpan semua batu dan permata itu disebuah kotak kecil kosong yang ia temukan di dapur, dan menyimpannya di kamarnya. Tidur di malam haripun semakin mudah, hanya dengan memperhatikan batu-batu itu selama beberapa menit sebelum tidur, Sunoo merasa tenang dan membiarkan kantuk menguasai tubuhnya.
Setiap hari juga semakin mudah baginya untuk menghiraukan candaan dan godaan Jungwon serta Niki.
Namun, ketika Jongseong datang setiap makan siang, kedua laki-laki itu bungkam dan membiarkan Jongseong terus menaruh makanan ke piring Sunoo.
Suatu pagi, Sunoo menemukan sesuatu yang tampaknya merupakan sebuah pecahan kaca indah berwarna merah yang tepinya telah di asah hingga tumpul. Jongseong tampaknya dengan sengaja membuat lubang di pinggir kaca itu untuk seuntas rantai perak tipis, menjadikannya sebuah kalung. Tanpa banyak berpikir, Sunoo langsung memakai kalung itu, meskipun ia menyembunyikannya di balik baju, tak ingin ada yang menggodanya.
Dia sangat ingin memberi tau Jongseong bahwa lelaki itu tak perlu berusaha keras, bahwa ia bisa berhenti memberikannya hadiah. Hati Sunoo telah menjadi miliknya tanpa ia sadari. Namun, Jongseong tak pernah sekalipun membicarakan tentang hadiah-hadiah itu, baik ketika mereka hanya berdua maupun ketika semuanya sedang berkumpul bersama.
"Kau tampak murung." Jongseong, yang suatu malam kembali duduk dirumput bersamanya, bertanya, menggeser duduknya mendekati Sunoo. "Ada apa?"
Sunoo hanya menggeleng. "Bukan sesuatu yang penting."
Jongseong tak langsung membalas, namun jemari hangat lelaki itu menyentuh pelipis Sunoo, menyelipkan rambut Sunoo yang telah menyentuh bahu ke belakang telinganya. Rasa hangat menjalar dari tempat jemari Jongseong menyentuhnya, hingga ke sekujur tubuhnya.
"Aku yakin itu sesuatu yang penting jika meredupkan kebahagiaan di wajahmu." Jongseng menarik kembali tangannya, dan Sunoo hampir merengek.
Ia mengendikkan sebelah bahunya. "Aku hanya rindu Taehyun. Dia adikku."