Perkenalan begitu membekas, perpisahan begitu menggilas.
✨ PapahCendol ✨
────────────────────── 𝔈𝔫𝔥𝔶𝔭𝔢𝔫𝔦𝔷
Hari demi hari berlalu kembali. Sang duyung tidak pernah absen untuk mengunjungi Jaeyoon, berceloteh hingga tanpa terasa fajar telah tiba. Hari-hari yang amat damai, jauh dari perang yang selalu terjadi di laut. Ingin Jaeyoon merasa senang, melupakan segala hal menyakitkan yang pernah menimpa dirinya, termasuk perang dan alasan mengapa ia jatuh hingga membuat tubuhnya sendiri hampir kehilangan nyawa.
Malam ini sang duyung kembali berkunjung. Jaeyoon sudah menunggu di atas batu karang, tersenyum menyambut. Ia tidak membawa ikan seperti biasa, melainkan seekor kepiting yang cukup besar. Sang surai hitam menyambutnya terkejut.
"
Bukankah kau bilang tidak mau menangkap kepiting?" Lontar Jaeyoon.
"Kebetulan kepiting ini baik." Sahut sang duyung cokelat kemerahan kemudian menaruh hasil tangkapan yang sudah diikat dengan sulur.
Sebenarnya bukan baik dalam artian benar-benar baik. Seharian ini, sebelum berkunjung, duyung itu berenang ke sana kemari untuk menangkap kepiting. Ekornya tergores lagi, namun air laut membuatnya sembuh dengan cepat. Mungkin sekarang hanya ada bekas kecil yang tidak dapat Jaeyoon lihat.
"Makanlah," Ucap duyung itu lagi. "Kau kan suka kepiting,"
"Apa ekormu baik-baik saja?" Pertanyaan tadi membuat sang duyung terdiam. "Kepiting ini tidak mencapit ekormu, kan?"
Sosok itu menelan ludah. "T-tidak." Balasnya terbata. "Makan saja."
Jaeyoon tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Ia mengatakan terima kasih lagi, tapi hatinya urung. Dalam benaknya terlintas bagaimana bila ia pergi nanti.
Apakah lelaki itu akan merindukan saat-saat ini. Terdampar di pulau tak berpenghuni memang bukan sesuatu yang menyenangkan, namun memiliki teman bukanlah sesuatu yang buruk.
"Apa yang akan kau lakukan ketika aku pergi?"
Tanpa sadar Jaeyoon mengungkapkan pikirannya. Sang duyung menatap dalam diam, memperhatikan ekspresi tak karuan sang surai hitam. Sejenak hening menyelimuti dia sosok itu.
Sampai akhirnya sang duyung bicara.
"Aku belum pernah memikirkannya." Kedua manik kecoklatannya menatap dalam, seolah sedang mengharapkan sesuatu.
"Aku ingin selalu bisa melihatmu. Aku ingin mendengar suaramu setiap hari." Ucapan itu terdengar sendu sama seperti air mukanya. "Jika kau benar-benar pergi, aku pasti akan kehilanganmu."
Jaeyoon menatap sang duyung. Entah bagaimana atmosfer di antara mereka menjadi sentimentil. Tapi Sang surai hitam tidak membencinya, ia turun dari batu karang, berlutut untuk memangkas jarak. Iris kecoklatan itu belum beranjak, malahan bertemu dengan sepasang manik legam dalam tatap, di batas pesisir.
Lelaki surai hitam berbicara, dengan suara lembut yang selalu ingin duyung itu dengar. "Aku pasti juga akan merindukanmu."
Walaupun hanya sekejap, sosok duyung cokelat kemerahan itu merasa amat bahagia. Hanya dengan satu kalimat itu, di dalam hatinya, ia berharap malam seperti ini akan terus berulang. Ia berharap Jaeyoon tidak akan kembali.