Bissmillah
PapahCendol🍑
❊ ┊Senin, 27 Maret 2019
Seoul - Kediaman keluarga Jeon"AKU TIDAK MAU!"
Plak
Tamparan keras segera mendarat di pipi seiring dengan penolakan yang keluar dari mulutnya. Mata hitam itu menatap nyalang lelaki tua di depannya yang mengerutkan wajah menahan emosi. Rasa panas di pipi tidak membuatnya mengernyit sakit, bahkan tidak dia rasakan. Adanya hanyalah perasaan marah dan benci yang di tujukan pada orang yang dia sebut seorang ayah.
"Kau tidak bisa menolak. Ini keputusan ayah," Tegas lelaki tua didepannya dengan jari telunjuk teracung tepat didepan wajah putih putra sulungnya.
"Aku tetap tidak mau. Tega sekali ayah menjualku pada homo menjijikan seperti dia!" Teriaknya nyaring. Napasnya terengah setelah selesai bicara. Bukan lelah. Bukan. Hanya marah dan benci.
"Jaga bicaramu, Heeseung," Ucap lelaki tua itu dengan nada dingin. "Kita sudah berhutang banyak pada Jay, pada keluarganya, dan ayah hanya ingin membalas sedikit kebaikan mereka."
"Dengan menjualku, hah!? Dimana letak pikiran ayah?!" Bentak lelaki muda bernama Heeseung ini.
.
.
.
.Jeon Heeseung sama sekali tidak menyangka hal ini terjadi padanya. Seingatnya tadi pagi dia masih baik-baik saja. Berangkat kuliah dan juga berkencan dengan sang kekasih yang cantik.
Tapi, saat kembali ke rumah malamnya, dia melihat sang ayah sedang berbincang serius dengan seorang lelaki yang beberapa tahun lebih tua darinya. Berambut blonde, sepertinya orang asing, Heeseung tidak perduli.
Sang ayah memperkenalkannya sebagai Park Jay, putra tunggal dari rekan bisnis sekaligus sahabatnya, Park Hoseok. Heeseung sedikit terkejut mendengarnya. Dia tahu siapa Jay. Tetangganya dulu sebelum dia dan sang keluarga pindah ke Amerika.
Jay tujuh tahun lebih tua dari Heeseung dan seingatnya, Jay adalah si pembuat masalah. Setiap hari ada saja kenakalan yang dilakukan, sangat tidak cocok dengan penampilannya sekarang yang benar-benar mencerminkan seorang lelaki sukses.
Tapi sekali lagi, Heeseung tidak perduli. Awalnya ia tidak terlalu curiga saat sang ayah memintanya untuk duduk sebentar.
Dengan wajah malas Heeseung duduk sambil memainkan ponsel. Telinganya sedikit banyak mendengar perbincangan tentang proyek yang sedang di tangani perusahaan ayahnya. Juga, tentang sang ayah yang berniat meminjam uang yang cukup besar untuk mendanai proyeknya itu pada lelaki berambut blonde yang duduk memperhatikan dengan serius setiap ucapan dari lawan bicaranya.
"Jadi, intinya paman Jungkook ingin aku berinvestasi untuk proyek paman ini?" Suara husky dari lelaki bernama Jay itu sedikit membuat Heeseung melirik, tapi hanya beberapa detik saja, selebihnya dia kembali berkutat dengan ponselnya.
"Begitulah. Paman butuh dana besar dan seperti yang sudah pernah paman katakan, paman akan menjodohkanmu dengan Heeseung. Paman tahu, sejak dulu kau sudah menyukainya, kan?" Jungkook terlihat mengulum senyum tampan.
Tak
Ponsel yang dipegang Heeseung terjatuh ke lantai. Tutupnya terlepas dan sepertinya layarnya juga retak. Sudah pasti ponsel itu rusak.
Mata hitam Heeseung melebar dengan wajah terkejut. Bukan karena mendapati ponselnya rusak, tapi karena dia mendengar hal aneh yang diucapkan sang ayah.