bismillah dulu biar berkah ( '◡‿ゝ◡')
- happy reading -
➻(S . S)
Jemari cantiknya membelai lembut poni sang kekasih. Maniknya tak ada emosi, hampir mati rasa tanpa bayangan hangatnya sekalipun pada kekasihnya tersebut. Berbanding terbalik dengan kekasihnya yang memandang penuh sayang, dalam, dan puja seolah-olah dunia hanya berporos pada prianya. Suasana mereka diselimuti dengan keheningan selain suara mereka yang saling membalas satu sama lain dengan lirih, juga perasaan gundah yang sama-sama menemani keduanya. Sang dominan tahu dan yakin bahwa hubungan mereka tak akan berkunjung lama mengingat fakta status keduanya yang bisa dibilang tak lumrah dan kelewat gila. Selain itu, hubungan ini sangat tidak baik untuk pihak submisive.
"apa yang mau kau lakukan?" sang dominan bertanya lembut seraya bermain-main dengan poni si manis yang tengah menempatkan kepalanya pada paha si pria.
"hmm," si manis berpikir sejenak. "entahlah, aku mau melakukan apa pun asal bersamamu." jawabnya yang mengundang dengusan kecil dari sang dominan.
"wae? Apa kau tidak mau bersamaku?" si manis bertanya heran mendapat respon prianya.
Lalu, ia hanya menatap kekasihnya cukup lama- dengan pandangan yang sulit diartikan oleh si manis. Maniknya seakan tenggelam bersama pikiran-pikiran yang menggerayangi kepalanya mengenai sang submisive, hubungan keduanya, dan dirinya.
"apa kau benar-benar mencintaiku?"
Si manis segera beralih duduk, heran dengan pertanyaan itu yang menurutnya konyol. "tentu saja, itu sudah jelas. Kenapa harus dipertanyakan lagi?" balasnya sedikit kesal.
Selanjutnya si dominan tidak menjawab, hanya diam menutup mulutnya. Yang membuat kekasihnya itu membuka suara lagi. "kita akan terus bersama, kan?" tanyanya lirih. Menatap penuh harap pada prianya.
"jawablah, Sunghoon." ia melanjutkan kala dirinya tidak mendapat jawaban darinya.
Lelaki itu mengguncangkan lengannya pelan. "Sunghoon-a.. Jawab aku. Kenapa kau diam saja?" manik si manis sudah berubah khawatir- dan panik.
"yya Park Sunghoon!" si manis mulai berteriak, dan matanya telah berkaca-kaca.
Dengan sigap Sunghoon menahan kedua lengan sang kekasih, dan mendekatkan dirinya dengan cepat- menyatukan kedua belah bibir keduanya. Yang sontak membuat si manis total terkunci dengan aksi Sunghoon yang tiba-tiba. Ia menangis dalam pagutan itu, namun tetap mengikuti alur yang dibuat sang dominan. Kedua insan itu saling menarik diri, tak henti-hentinya melumat bibir manis sang lawan. Perlahan tapi pasti, Sunghoon membawa tubuh sang kekasih untuk ditindihnya di sofa tersebut.
Secara reflek Sunghoon memegang pinggang sang submisive dengan seduktif. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk melesatkan lidahnya masuk yang diterima dengan damai. Menarik sang kekasih untuk bermain dengannya. Tapi sayangnya, acara menyalurkan kasih sayang mereka harus berakhir dengan si manis yang memaksa melepas tautan mereka untuk meraup oksigen lebih. Nafasnya sedikit memburu, dan Sunghoon menyeka saliva yang sudah tercampur itu di mulut si manis.
"maaf, Sunoo..." lirih sang dominan. Menyuarakan kata hatinya- yang tidak dimengerti oleh Sunoo. Untuk apa Sunghoon meminta maaf? Dalam hal apa ia meminta maaf? Kenapa ia tidak pernah menjawab dengan jawaban yang pasti?
Sunoo mengerutkan keningnya. "kenapa kamu meminta maaf?" ia bawa tangannya membelai lembut pipi si pria.
Tidak ada jawaban.
Sunghoon hanya mengulurkan tangannya menyeka jejak air mata si manis tadi yang menangis. Dan mereka diam untuk beberapa saat, tenggelam dengan pikirannya masing-masing. Membiarkan keduanya saling menutup mulut dan hanya pikirannya yang bekerja.