Sang nestapa menghadap kencana, parasnya menawan bak jentik keharuman.
Dibalik lukisan senyuman, terdapat untaian bom virus menyakitkan menyaingi takdir.
✨ PapahCendol ✨
──────────────────── Enhypenyz
Hey, dunia.
Katakan hal apa yang lebih baik dari sekedar mengharap kebajikan?
Katakan hal apa yang lebih baik dari sekedar mengharap kasih asmara?
Katakan hal apa yang lebih baik lagi dari sekedar mengharap perubahan metamorfosis pemikiran manusia?
Sungguh.
Sunoo hanya ingin tahu, apa yang lebih baik?
Pemikirannya sempat terpenuhi berbagai macam dugaan fana yang menjadi belenggu belaka. Alhasil, dia menjadi sering pelupa.
Entah. Entah sejak kapan, Sunoo jadi melupakan sesuatu, baik itu hal kecil─ke yang paling besar.
"Sunoo-ah,"
Sunoo menolehkan kepala ketika suara berat menyapa gendang pendengarannya. Bingkai kaca mata menggantung di wajah kecil, juga kantung mata yang terlapis dibawah kelopaknya, meski begitu wajah manisnya masih nampak terpoles indah.
"Hm?" Di lepasnya kacamata perpaduan putih keabuan dengan warna dominan silver.
"Kau belum melakukan scan CT dan MRI pasien kamar 45?"
"Oh? Scan apa?"
"Bagaimana bisa kau melupakannya, sedangkan kau sendiri yang mengatakan akan melakukan scan data pasien Riki penderita urtikatia akut?"
"Ah... Benarkah...?" Sunoo bertanya dengan nada ragu. Mencoba mengingat apa dirinya pernah mengatakan itu.
"Ya, kau serius melupakannya?"
"......"
Sunoo hanya terdiam, ia mencoba mencerna untaian kata demi kata sang patner. Apa dia mengatakan hal itu? Tapi Sunoo merasa tidak mengatakannya... Apakah, dia, benar-benar melupakannya?
Ini sungguh aneh.
"A-akan kulakukan, sepertinya ingatanku sedikit terganggu."
Terdengar dengusan dari sang partner. "Jangan terlalu banyak memikirkan sesuatu yang fana. Pekerjaan kita sedikit menumpuk dan mungkin akan lembur kau mengerti, kan?"
Mengangguk kilas, Sunoo membalikkan kembali kursinya, memakai bingkai kaca yang sempat menggantung di saku jasnya. Melakukan hal yang sempat dilupakannya(?) itu.
Kenapa aku bisa menjadi pelupa begini...
"KIM SUNOO!"
Seruan keras itu menggema, membuat beberapa pasang manik kembar pada masing-masing orang menoleh cepat. Begitu penasaran dengan kehebohan yang menyapa gendang pendengaran mereka.