HORTENSIA pt.2 [Jaynoo]

1K 149 17
                                    

Sunoo mengira bertemu dengan Dokkaebi, Roh Hutan, Rubah Merah, Peri Danau serta Naga yang dapat menjelma menjadi manusia adalah hal teraneh dalam hidupnya. Namun rupanya, hari-harinya setelah itu kian aneh.

Bukannya Sunoo tidak merasa nyaman dengan lingkungan barunya, justru sebaliknya. Ia menyukai hutan itu, menyukai keheningan yang dibawa oleh hutan itu, disertai oleh harumnya kayu-kayu yang digunakan untuk membuat pondok itu. Ia senang bangun di pagi hari dan menyalakan perapian, menunggu teman-temannya (Sunoo sangat senang ketika Jaeyoon, Niki dan Jungwon menganggapnya sebagai teman) untuk datang dan menyantap sarapan bersamanya.

Ia semakin menyukai mereka. Dalam diri Heeseung dan Jaeyoon, ia menemukan sosok kakak yang merawatnya dengan cara yang sangat asing bagi Sunoo yang sudah terbiasa dengan peraturan super ketat penuh dengan syarat Master Choi untuk seluruh penduduk asrama. Heeseung mengajarinya memasak, memastikan ia nyaman dan seluruh kebutuhannya terpenuhi, sedangkan Jaeyoon memberinya ilmu tentang beri mana yang beracun dan mana yang dapat dimakan, serta daging hewan apa yang paling lezat untuk disantap.

Serta dalam diri Jungwon dan Niki, ia menemukan sosok teman sejati. Niki sangat senang berjalan-jalan didalam hutan untuk waktu yang lama, menyeret Jungwon dan Sunoo bersamanya, berceloteh panjang lebar tentang segala hal. Namun, baik ia maupun Jungwon tak pernah protes, Niki adalah sosok yang menyenangkan dan ia bisa membicarakan apapun tanpa terdengar membosankan.

Namun hal yang aneh itu adalah ketika Jongseong keluar dari danau untuk makan siang bersama mereka dalam wujud manusianya.

Pertama kali hal itu terjadi, Heeseung hampir menjatuhkan mangkuk nasinya, ketika Jongseong melangkah memasuki pondokan dengan berbalut jubah biru dan bertelanjang kaki. Tanpa menghiraukan Heeseung, Jongseong duduk didepan Sunoo, mengambil piring kosong diatas meja diantara mereka, dan menyerahkannya pada Jaeyoon yang menatapnya seperti sedang melihat hantu.

"Lapar." Hanya itu yang diucapkan oleh Jongseong, namun cukup membuat Jaeyoon buru-buru menyendokkan nasi ke piringnya.

Sunoo mengerutkan dahinya, masih belum paham akan reaksi teman-temannya terhadap kehadiran Jongseong. Bahkan ketika lelaki itu mengambil sepotong daging yang paling empuk dan menaruhnya di piring Sunoo, Jaeyoon dan Niki tersedak.

Namun, seiring bergantinya hari, keanehan itu mulai hilang dan mereka mulai terbiasa dengan kehadiran Jongseong disetiap jam makan siang, dengan rambutnya yang masih basah oleh air danau, dan menuntut makanan. Bahkan, semenjak hari ke tiga belas Jongseong singgah untuk makan siang bersama mereka, Jongseong tak langsung beranjak setelah makanannya selesai, namun tetap tinggal di pondok itu hingga makan malam, dan baru kembali ke danau ketika Sunoo dan yang lainnya hendak pergi tidur.

Jongseong, menurut pengamatan Sunoo, tidak banyak bicara dan saat ia berbicara, biasanya hanya untuk bercanda singkat dengan Jaeyoon atau menyuruh Sunoo untuk menambah makanannya.

Sebulan setelah ia tiba di pondok itu, Sunoo akhirnya bertemu dengan sosok terakhir lingkaran pertemanan mereka. Seorang bernama Sunghoon.

Mereka sedang menikmati makan malam seperti biasa ketika pintu depan terbanting kedalam dan seorang lelaki melangkah masuk, mengedip dengan pelan karena dilanda kantuk berat. Tak ada satupun yang berbicara, bahkan melirik kearah lelaki itu selain Sunoo, ketika lelaki itu berjalan kedepan perapian, berbaring didepannya, dan menarik sebuah bantal untuk kepalanya. Dengan satu helaan nafas panjang, lelaki itu tertidur dalam hitungan detik.

"Uh..." Sunoo berdehem. "Itu...siapa?"

"Sunghoon." Jawab Heeseung dengan mulut setengah penuh. "Si Bulgasari."

Nafas Sunoo tersentak. Ia tak menyangka bahwa Bulgasari itu nyata.

"Dia tinggal di hutan, sangat jarang keluar, dan kalau keluarpun hanya untuk memakan masakanku." Gumam Heeseung terlihat kesal karena sang Bulgasari sama sekali tak menyapa mereka.

1 2 3 ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang