Bila aku memohon, apakah kau mendengarkan?
✨ PapahCendol ✨
─────────────────── 𝔈𝔫𝔥𝔶𝔭𝔢𝔫𝔦𝔷☃︎
Langkah kaki itu terlihat lunglai. Setiap pijakannya terasa begitu berat, begitu juga dengan deruan napas yang mengais memasuki rongga pernapasan terasa begitu berat.
"Haahh...sial..."
Langkahnya terhenti saat terduduk disebuah bangku. Matanya sedikit terpejam begitu merasakan hantaman pening yang menerpa kepalanya. Nafasnya menghela kasar. Dengan perlahan manik kembarnya terbuka, menelisik fenomena tempat pemberhentiannya saat ini.
"Tempat ini..."
Suaranya sedikit tersedak, antara masih merasa mual dan ada sesuatu yang menahan rongga tenggorokkannya untuk mengatakan tempat apakah itu.
"Kenapa kau kesini, Riki-ah?"
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Sendirian disini,"
"Seperti orang bodoh."
Kepalanya tertunduk, merogoh sebuah benda persegi di dalamnya. Sebuah ponsel. Dirinya berniat menelpon, melakukan panggilan taksi, tetapi─
"....Unoo..."
Layarnya menangkap sebuah panggilan terakhir, sebuah nama yang begitu teringat jelas dipikirannya juga masih tersimpan apik di dalam hatinya. Tangannya sedikit bergetar, tanggal tertera disana, kapan terakhir kali dirinya menelpon sang kekasih (?).
Dan tanpa sengaja, jari jemarinya menekan tombol dial-up, menelpon sang kekasihnya.
Tutt... Tutt...
Diletakkan perlahan ponsel itu ke telinga, sambungan masih bersaut nyaring dalam pendengarannya. Menanti seseorang yang saat ini dirinya rindukan.
Tutt... Tutt─
"Ya, halo?"
Lelaki mungil itu menegakkan kepalanya, tenggorokkannya sedikit tercekat mendengar suara sosok disana yang sangat ingin dirinya dengar.
"Riki?"
"Sunoo-ah. Aku habis minum terlalu banyak bersama temanku─maaf,"
"......ini sudah malam. Pulanglah sekarang,"
"Apa kau dirumah?"
"Iya,"
"Kau tidak minum?"
"Hm,"
"Jadi kau akan menjadi satu-satunya yang mengingat ini,"
Sosok disana hanya diam tidak menyahuti, menanti ucapan selanjutnya dari Riki.
"I miss you,"
"......"
"Boleh aku datang dan melihatmu?"
"Tidak,"
"Aku akan membawa banyak roti kacang merah kesukaanmu,"
"......"
"Tunggu aku. Aku akan memanggil taksi,"
"Tapi kita sudah putus,"
Lelaki mungil itu mengepalkan tangannya kuat sampai telapak tangannya memutih. Sebaris kalimat itu terdengar jelas di indera pendengarannya, yang langsung menohok ulu hatinya.
"Kita.... sudah putus."
"......"
"Jadi dalam perjalanan pulang nanti,"
"Kau tidak perlu menelponku."
Tutt Tutt Tu─
Dan telepon itu langsung dimatikan sepihak.
Benar.
Dirinya melupakan sebuah fakta,
Kalau mereka sudah berpisah.
Begitu bodohnya dirimu Nishimura Riki.
Apa yang sebenarnya kau harapkan?
Awalnya berusaha untuk tetap bertahan dan menyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa akan melewati semuanya dengan kesibukan di hari-hari yang kau jalani.
Tapi setiap detik ke menit, setiap memori itu selalu mengingatkannya akan sosok Sunoo, saat itulah ia merasa kalau mereka masih bersama. Dirinya tidak terima akan perpisahaan itu, namun tidak bisa berbuat apa-apa.
Sampai dirinya mengalami mabuk beberapa kali bersama temannya, hingga kejadian beberapa waktu lalu terulang selama berkali-kali, dan disaat itulah rasa sakit menyerang ulu hatinya kembali terasa, bahkan semakin perih disetiap detiknya.
Akhiran yang menyiptakan sebaris kalimat pernyataan, jika antara Riki dan Sunoo sudah berpisah.
Ia berusaha kuat.
Berusaha melupakan sosok Sunoo.
Melakukan usaha untuk bisa cepat terlepas dari bayang-bayang lelaki dengan senyum cerah yang memikat dirinya begitu dalam, membuatnya terjatuh dalam lautan cintanya terlalu dalam, yang sayangnya sudah kandas sebulan lalu.
Riki ingin terbebas dari rasa belenggu cintanya untuk Sunoo, tapi entah kenapa Tuhan masih belum ingin membuatnya bahagia, masih ingin dirinya tetap merasa sakit. Hingga kejadian memalukan terus terulang.
Seolah dirinyalah yang mengemiskan cinta untuk mengharapkan mereka kembali bersama.
Riki benci itu! Sangat membencinya.
Kalau bisa ia ingin merobek diri, ia ingin mengeluarkan hati yang masih menampung nama Sunoo disana. Menggantinya dengan hati hampa yang tidak ingin merasakan apapun.
Ya, Riki ingin melakukannya jika bisa.
Karena ia tidak sanggup lagi, jika harus mendengar kata itu lagi darinya.
Kata putus yang ingin ia hapus dari dunia ini.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
✨ Broke up - END or TBC? ✨
─────────────────── 𝔈𝔫𝔥𝔶𝔭𝔢𝔫𝔦𝔷☃︎
Edisi melunasi hutang part 2
Bye-bye, mau makan (´ ▽`).。o♡