Sunghoon menghempaskan bokongnya pada kursi bis dibagian tengah. Menyenderkan sisi kiri kepalanya pada jendela bus yang bergetar karena bus yang tengah melaju.
Kedai tadi ramai sekali, hingga Sunghoon harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mencuci banyak mangkuk.
Iya, dia bekerja disebuah kedai ramen milik keluarga Kim, hanya pekerjaan itu yang bisa dilakukan Sunghoon sebagai anak yang hanya lulusan SMA.
Tugasnya hanya mencuci peralatan, namun ketika ramai Sunghoon harus rela membantu mengantarkan pesanan, barulah setelah kedai tutup dia akan mencuci mangkuk-mangkuk agar diijinkan untuk pulang.Ting! Ponselnya berbunyi, ada sebuah chat masuk.
Sunghoon segera merogoh saku Hoodie-nya, dan membuka notifikasi dari chat yang masuk.
nomor tidak dikenal
| Kak Sunghoon? Ini aku Kim Sunoo, teman dari adikmu Park Jungwon
| Apakah Jungwon tidak menyuruhmu untuk datang ke sekolah Minggu lalu? Karena wali kelas menyuruh Jungwon untuk membawa walinya Minggu lalu
Iya |
Benarkah? Jungwon tidak mengatakan apa-apa Minggu lalu... |
Apa ada masalah? Mengapa wali Jungwon dipanggil ke sekolah? |
| Minggu lalu Jungwon membolos empat hari, berkelahi dengan guru dan merokok di rooftop
| Dan hari ini dia kepergok mencuri dikantin. Oh ya, dua hari yang lalu juga dia memecahkan jendela kelas dengan bolanya
| Para guru sudah mencoba menelepon rumah kalian, namun tidak pernah ada jawaban. Jungwon bilang telepon rumah kalian rusak, Jadi Jungwon sendiri yang harus mengatakan langsung pada walinya.
| Besok Jungwon harus kembali membawa walinya.
Aku mengatakan ini karena khawatir Jungwon tidak mengatakan apa-apa kepada kakakTerimakasih Sunoo-ya... |
Besok kakak akan ke sekolah, maaf karena sudah merepotkanmu |
| Tidak apa-apa, kak
Sunghoon menghembuskan nafasnya kasar. Adiknya itu telah benar-benar berubah 180 derajat semenjak kematian ibu mereka tiga Minggu yang lalu. Park Jungwon yang penurut dan berisik menjadi Park Jungwon yang pembantah dan pendiam.
Enam bulan yang lalu orang tua mereka bercerai karena ayah mereka menemukan wanita baru, dan dua bulan kemudian ibu mereka depresi dan sering mabuk-mabukan karena harus mencari uang sendiri untuk menghidupi Sunghoon dan Jungwon.
Yang tersisa sekarang hanyalah dirinya dan adiknya. Sunghoon harus melepas status sebagai seorang mahasiswa dan mencari uang agar Jungwon bisa tetap bersekolah.
Sunghoon tidak pernah bertemu ayahnya, dan ibunya juga tidak meninggalkan banyak uang mereka. Bahkan Sunghoon harus menjual rumah mereka untuk membiayai pemakan sang ibu.
Mereka tinggal disebuah kontrakan kecil yang kosong tanpa kasur maupun alat elektronik seperti tv.
Heeseung sudah berulang kali menawarkan agar kakak beradik itu tinggal bersamanya, bahkan Jay rela membeli rumah untuk mereka. Namun tentu saja Sunghoon menolak dengan alasan tidak mau dikasihani dan merasa berhutang budi.Sunghoon membuka matanya kala sebuah sentuhan hangat menyentuh pipinya dan membawa wajahnya untuk bersandar pada bahu orang di sebelahnya.
Orang itu tersenyum seperti menyuruh Sunghoon untuk tetap bersandar pada bahunya. Orang itu—kekasihnya Lee Heeseung—memang sangat mengenalnya. Pasti lagi-lagi setelah pulang dari kampus—Heeseung langsung ke kedai dan diam-diam memperhatikannya bekerja hingga naik bis.