[LXV] Deja Vu

29 0 0
                                    

>>>

Déjà vu adalah misteri pikiran, permainan waktu yang membawa kita kembali ke momen yang entah bagaimana terasa akrab, seolah-olah hidup mengulang adegannya sendiri.

>>>

Sindy benar-benar kalut, dia berlari tanpa henti. Bahkan beberapa kali menabrak pejalan kaki. Sampai akhirnya cewek itu tidak menyadari ada motor yang hendak menabraknya dari arah belakang.

Tiiinnnn

Suara klakson berbunyi nyaring, Sindy terkejut karena suara itu sangat keras. Matanya membulat saat melihat motor itu melaju semakin dekat ke arahnya. Debaran jantungnya memompa cepat, secepat itu pula ada tangan yang meraih tubuh Sindy dan menariknya ke pinggir trotoar.

Sindy terjatuh dipelukan seseorang. Sadar jika posisi nya tidak nyaman, Sindy pun segera bangkit dan membersihkan pakaiannya yang kotor.

Deja vu.

Sindy merasa pernah mengalami ini, bahkan setelah dia melihat siapa yang menolongnya Sindy yakin pernah berada di posisi ini.

"Kamu gak papa?" Tanya cowok itu cemas.

Wajahnya sangat mirip dengan Devka, tapi sekarang Sindy tahu. Cowok di hadapannya bukan Devka.

Matanya tidak berkedip melihat sosok cowok dihadapannya, Sindy bisa merasakan sesuatu yang berbeda. Cowok itu memiliki tatapan mata yang teduh, perkataan yang lembut, dan kebaikan yang tulus.

"Hei!"

Sindy berkedip dua kali ketika cowok itu melambaikan tangan ke depan wajahnya.

"Kamu gak papa? Ada yang luka?"

Sindy melihat telapak tangannya yang tergores dan berdarah sedikit, lalu tersenyum pahit.

"Hm, luka nya parah dan gak bisa diobati." ucapnya ngawur.

"Biar aku yang obati."

Cowok itu menuntun Sindy untuk duduk dikursi yang tersedia di halte terdekat, "tunggu disini, aku beli obat dulu."

Sindy mencegah cowok itu pergi. "Engga, gak papa kok. Ini gak sakit."

"Tapi kamu terluka."

Luka dihatinya bahkan lebih parah, Sindy benar-benar tidak bisa merasakan luka ditelapak tangannya walaupun terlihat berdarah.

"Aku beneran gak papa, makasih ya untuk tadi."

Cowok itu pun kembali duduk disamping Sindy, menatap wajah cewek itu saksama. Sepertinya dia pernah melihatnya.

"Kita pernah ketemu ya?" Tanya cowok itu penasaran.

Sindy melihat tangan cowok itu, bekas luka nya memang ada. Jadi, benar bahwa dia adalah orang yang telah menyelamatkannya dulu. Yang Sindy pikir itu adalah Devka.

Namun, ingatannya juga menerawang tentang gelang yang pernah dipakai cowok itu. Apa Sindy juga keliru bahwa yang menyelamatkan orangtua nya adalah Devka?

"Hei?"

Tegur cowok itu lagi, Sindy hanya mengerjap beberapa kali.

"Iya?"

"Kamu beneran gak papa?"

Sindy beralih mengecek ponselnya, mencari foto dirinya bersama sang ayah.

Sebelum menunjukkannya Sindy bertanya hati-hati, "aku boleh tanya sesuatu?"

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang