23

1.7K 104 1
                                    

Udah vote kan kamu??

Ada yang masih bangun??


Selamat membaca, tandai ya kalo ada typo.

***

Jam menunjukkan pukul empat sore waktu setempat, Lova 

Alunan lagu Backstreet Boy dari ponsel Lova sebagai pengisi keheningan ruangan mengalun dengan tenang, beberapa kali gadis yang sedang berbaring dengan novel karya Veronica Roth di tangannya itu ikut merapalkan lirik lagu, hal itu menyebabkan ia sedikit kesulitan untuk memaknai apa yang dibacanya. Beberapa saat lalu Bella masuk ke kamarnya dan menegur gaya membacanya, namun bukan Lova jika tidak keras kepala. Kebiasaan buruk membaca sambil tiduran itu telah lama ia lakukan dan sangat sulit untuk ditinggalkan. Kebiasaan buruk memang sangat sulit dijauhi, mengorek informasi tentang si mantan misalnya.

Ponsel gadis itu berdering panjang. Ada panggilan masuk di sana. Gadis itu dengan segera meraih ponselnya berharap seseorang yang dinantinya menelpon. Namun sial, bukan Daneall melainkan nomor tak dikenal yang sering mengganggunya. Merasa ia perlu memberi sedikit kata untuk pemilik nomor itu, Lova akhirnya menekan ikon berwarna hijau.

"Siapa kau! Kuberitahu padamu, sungguh kau sangat menggangguku!" Ucap Lova spontan tanpa lebih dulu menunggu suara dari seberang.

"Hai, bisakah kau lebih sopan? Velova yang ku kenal tidak segalak ini." Suara pria dari seberang terdengar begitu dramatis.

Velova memutar bola matanya malas. Walaupun ia tidak berhadapan langsung dengan sang penelepon tapi sudah pasti orang di seberang sana sangat menyebalkan.

"Persetan denganmu. Siapa dirimu dan apa yang kau inginkan?! Aku tidak ingin buang-buang waktu!"

"Baiklah Gemini, akan aku ingatkan sedikit tentang diriku. I'm your first love."

Lova tampak berpikir sejenak. Ia merasa tidak asing dengan panggilan Gemini. Dan astaga, ia langsung ingat pada kata gemini yang menjadi tato di tubuh seseorang. Sekarang ia ingat juga siapa pemilik suara itu. That man, Dax Logan.

"Hm, rupanya kau sedikit mengingatku. Hahaha terima kasih, dan tunggu kejutan untukmu besok pagi."

Setelah itu panggilan diputuskan dari pihak Dax Logan. Lova menatap bingung pada ponselnya yang menampilkan riwayat panggilan dari Dax Logan. Kejutan apa yang dimaksudkan pria itu? Dan untuk apa?

sementara itu di tempat berbeda dalam waktu yang sama dua orang pria kembali bertemu dalam ruangan yang sama seperti sebelumnya. Daneall dan tangan kanannya Maxime Allison.

''Aku harap apa yang akan kau sampaikan kali ini membawa pencarianku selama ini mendekati titik terang.'' Neall menatap dalam pada netra pria paruh baya di hadapannya, tersirat sebuah rasa penasaran.

"Kau masih ingat tentang kopian foto waktu itu bukan?"

neall mengangguk, jelas ia ingat tentang hal itu, di mana foto ayahnya dan seorang pria yang tampak asing di sana, namun tak asing jika tanda di tangannya itu diikutsertakan.

"Aku telah kembali memeriksa brankas itu, dan aku menemukan ini." Maxime Allison menyodorkan sebuah amplop cokelat terang tanpa nama. "Maaf aku telah lebih dulu membukanya."

Daneall tercengang beberapa detik, ia memang tidak pernah tahu menahu tentang brankas yang sedari awal dibicarakan Maxime, karena jujur saja semenjak kematian ayahnya Daneall tidak pernah mengunjungi mansion mendiang orangtuanya apalagi ruang kerja sang ayah yang sangat mungkin memiliki beberapa hal penting tentang kematian sang ayah. Daneall hanya tahu jika beberapa pengawal setia ayahnya bahkan pelayan di sana masih setia bekerja di mansion itu, dalam pengawasan seseorang yang penting dan berkuasa tentunya. Entahlah, Neall belum ada niatan untuk menginjakkan kakinya di sana.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang