Jangan lupa vote sama komen ya 😊
Selamat membaca:')
______________________________________
Flashback on.
"Lova, aku akan keluar, kamu ingin ikut atau kutinggal?!"
Suara teriakan dari luar kamar mengalihkan fokus seorang gadis muda dari film yang ditonton di laptopnya. Ia segera beranjak menghampiri suara tersebut setelah mempause filmnya. Langkah kakinya yang berat seolah mewakili bahwa ia sedang malas melangkah.
Ia berjalan mencari sosok sepupunya yang tadi bersuara, namun tak ia temukan. Matanya mengedar lalu menjurus pada pintu apartemen yang setengah terbuka. Sudah pasti sepupunya ada di luar.
"Kak Bella?" Panggilnya pelan sambil membuka pintu apartemen.
Dirinya mendapati Bella, sepupunya sedang berbincang dengan seorang laki-laki yang mungkin seusia dengan Bella.
Bella menoleh pada Lova, "Aku akan keluar bersama Justin, kau ingin ikut atau tetap di sini?" Tanya Bella pada dirinya.
Lova tidak menggubris akan pertanyaan Bella, ia menatap tajam pada sosok selain dirinya dan Bella, sosok yang disebut Bella sebagai Justin.
Ini bukan Falling love at the first sight, tapi Falling hate at the first sight. Lova tidak suka ditatap seperti itu oleh Justin, ia benci akan pria yang menatap perempuan dengan tatapan lapar. Dasar buaya.
"Hei, Lova. Kau mendengarkanku?" Ujar Bella lagi sembari mengibaskan tangannya di wajah Lova.
"Ya ada apa kak? Apa yang kau katakan tadi?"
Bella mendengus, rupanya Lova sedang di alam khayalan saat dia berbicara tadi. "Aku dan Justin akan keluar, kamu mau ikut atau tinggal"
"Tidak, lebih baik aku tinggal daripada harus ikut bersama makhluk seperti dia." Jawab Lova acuh dengan menunjuk pada Justin. Sedangkan Justin hanya tertawa kecil.
"Alright, nanti pulang akan kubawakan kau makanan. Tetaplah di sini. Kau belum mengenal daerah sekitar sini, jika kau keluar kau akan tersesat." Jelas Bella panjang lebar lalu pergi bergandengan bersama Justin meninggalkan Lova.
"Dasar pria tidak tahu diuntung. Sudah punya pacar secantik kak Bella, masih saja menatap wanita lain dengan tatapan mesum. Awas saja kalau sampai dia menyakiti hati kak Bella, akan kupotong adik kecilnya."
Lova mendumel lalu kembali ke kamarnya untuk melanjutkan acara menontonnya.
Empat jam berlalu, Lova menatap jam dinding yang menyatakan pukul sebelas. Tak ada tanda-tanda bahwa Bella akan pulang. Lova menghentikan acara menontonnya. Sudah dua film dia tonton sampai habis, dan selama itu pula Bella belum juga pulang.
Ah semoga sepupunya baik-baik saja.
Lova berjalan ke arah dapur, ia mencoba mencari apa yang bisa ia makan untuk mengganjal perutnya, tapi nihil tak ada makanan satupun di dapur.
Dengan terpaksa Lova melangkah ke luar apartemen, ia akan mencari makan di depan apartemen, pasti ada penjual makanan di sana.
Sudah lima belas menit Lova berjalan, namun tak ia temukan satu kedai pun yang menjual makanan. Apa kota sebesar ini tidak ada penjual makanannya?
Kakinya melangkah lagi tanpa tahu arah, dia benar-benar tidak tau akan ke mana, pikirannya hanya satu, yaitu secepatnya ia harus menemukan penjual makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLIVAGANT (END)
Teen FictionIni cerita tentang seorang pembunuh bayaran dengan sejuta kisah kelam serta kehidupan gelapnya yang jatuh cinta dengan gadis pertukaran pelajar. Awal pertemuan sungguh tak terduga, hingga akhirnya ia memutuskan untuk memiliki gadis itu setelah perte...