14

3.1K 189 4
                                    

Sudah vote kan?












***

Hari berlalu, sudah sebulan lebih Lova menetap di Manchester , sebulan lebih juga dirinya telah mengenal Daneall. Sedikit demi sedikit Daneall mulai membuka diri pada Lova begitu pula sebaliknya. Lova sudah mengetahui apa saja hal-hal yang menjadi favorit Neall, mulai dari makanan favorit sampai dengan warna favorit hingga ukuran sepatu. Bukan hanya itu, Lova bahkan sedikit demi sedikit mulai memahami sosok Daneall, bagaimana sifat semena-mena pria itu hingga kebiasaan membunuh di kala Neall suntuk, serta satu kebiasaan aneh  Neall yang baru  muncul yaitu memeluk Lova.

Lova seakan telah biasa ketika Neall meninggalkannya tiba-tiba namun tetap berpamitan, alasannya hanya satu, yaitu pria itu mendapatkan pekerjanya di saat bersamaan. Ya, Lova telah terbiasa dengan pekerjaan Daneall sebagai pembunuh bayaran, bahkan pernah satu kali Neall membawanya ke tempat pria itu melaksanakan tugasnya mengambil nyawa orang, namun Lova menolak dan memilih menunggu di luar area kerja Neall yang berupa gedung bekas.

Satu kali Neall mengajaknya untuk berkencan, bayangan Lova tentang kencan romantis memenuhi kepalanya saat itu, tanpa diduga ternyata kencan yang dimaksud pria itu jauh dari kata romantis dan melewati kata mengerikan.

Pria bernama Daneall Xademon itu membawanya pergi untuk diajak membunuh bersama, kencan ala Daneall.

Saat itu pria itu hanya menjawab dengan cengiran tanpa dosa.
“Aku berbeda dengan pria lain, aku tidak ingin kencan pertamaku monoton seperti kencan pria-pria gila wanita di luar sana. Kamu istimewa maka harus diperlakukan istimewa pula, aku tidak ingin kamu merasakan kencan pertama bersamaku yang mirip dengan siapapun, aku ingin berbeda. Kencan ala Daneall Xademon memang seperti ini.”

Setelah berdebat cukup lama, akhirnya kencan pertama mereka batal dengan Lova yang merajuk hingga dua hari.

***

Neall menoel-noel pipi Lova, sementara gadis itu sedang fokus menyalin tulisan di bukunya. Pria itu sesekali mencubit gemas pipi Lova hingga sang empunya mendengus sebal.

“Jangan mengganggu Dan.” Ujar Lova dengan membuka halaman selanjutnya dari buku yang ia tulis.

“Ayo berhentilah dulu, aku lapar.” Rengek Neall yang kini telah menarik sebelah tangan Lova dan memeluk lengan itu dengan erat.

“Ck, kita baru saja makan, dan itu masih banyak sisa makanannya, kalau lapar kamu bisa menghabiskannya, bukan menggangguku.” Geram Lova menatap pada kotak makanan yang tertutup rapat di atas meja.

“Aku ingin makan ditemani kamu.”

“Aku masih di sini. Bawa makanannya ke sini saja, lagipula jaraknya hanya tiga meter Daneall..”

Lova manyorot dengan geram kala laki-laki itu memanyunkan bibirnya dengan menggeleng kepala, dibuat seimut mungkin.

“Kamu bukan bayi Dan!”

Neall menarik paksa buku Lova dan menaruhnya di atas lemari. Gadis itu menatap galak.

“Berhentilah menulis sebentar, suapi aku dulu. Kalau tidak aku tidak akan menurunkan bukumu.”

“Terserah!”

Lova menyeret satu kursi yang ada di dekat meja makan dan menaruhnya dekat lemari guna untuk dinaiki  mengambil bukunya.

Dengan kekesalan yang telah naik hingga ubun-ubun, Lova menaiki kursi tanpa memeriksa keamanan kursinya terlebih dahulu.

Dan..

“Kemarikan bukunya Daneall!” Pekik Lova ketika usahanya disia-siakan oleh Neall, pria itu lebih dulu meraih buku yang ingin diambil Lova.

“Panggil aku sayang dulu.” Ujar Neall dengan mengangkat buku milik Lova tinggi di atas tubuhnya.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang