54

782 41 2
                                    

Udah vote kan gais??

Mulmed : Velova

Selamat membaca 🖤

***


Lova baru kembali ke penginapan ketika hari menjelang sore. Di sana, Dax Logan berdiri menanti kepulangannya dengan wajah gusar bercampur marah serta rasa lega dan khawatir, semuanya bercampur aduk jadi satu. Tanpa berkata apapun pria itu langsung menarik Lova ke dalam pelukannya. Menghela napas merasa lega gadis itu telah kembali tanpa kurang satu apapun.

"Dari mana saja, hm? Kau tahu aku hampir gila ketika tidak menemukanmu di mana pun!"

Lova melepaskan pelukan Dax. Ia melangkah masuk ke kamarnya, menghiraukan keberadaan Dax.

Setelah merenung dari tadi pagi hingga siang, Lova akhirnya menemukan bahwa Daneall mengira dia dan Dax berhubungan lagi seperti dulu. Lova berani bersumpah demi hidup dan matinya, jika hubungannya dengan Dax murni sebatas adik dan kakak.

Lova mulai paham jika semua kesalapahaman yang ada pada diri seorang Daneall Xademon bermula dari kedekatannya kembali dengan sang kakak, Dax Logan. Lova tidak menyalahkan seutuhnya jika semua itu akibat dari Dax, namun Ia juga kecewa dan jengkel dengan Daneall. Tidak bisakah pria itu bersikap normal? Lova dan Dax tidak terikat hubungan seperti dulu lagi.

"Lova," Panggil Dax dari luar. Pria itu mengetuk pintu dengan pelan.

"Boleh Aku masuk? Ada yang ingin kubicarakan denganmu,"

Lova menjawab memberi izin pada Dax. Pria itu langsung masuk begitu pintu terbuka. Ia mengikuti sang adik ke arah balkon. Rupanya gadis itu ingin menikmati pemandangan sore dengan kota yang masih sangat sibuk. Dax ingin sekali menanyakan ke mana gadis itu pergi separuh hari ini, namun melihat raut adiknya yang tidak baik-baik saja membuat dirinya mengurungkan keinginannya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Dax dengan memaki dirinya sendiri dalam hati. Jelas gadis di depannya itu tak baik-baik saja, lalu untuk apa Ia menanyakannya. Basa-basi yang konyol, Dax!

"I'm good," Lova menatap lurus ke depan sana, di mana gedung-gedung saling berlomba siapa yang paling megah untuk ditatap.

Dax melirik dari ekor matanya, pria itu berdiri dengan jarak satu meter dari Lova. Ia menyangga kedua tangannya pada pembatas balkon. Dax menggeram tertahan. Kau tidak baik-baik saja! Ingin sekali Dax meneriakkan kalimat itu.

"Kita akan kembali besok pagi-pagi. Mungkin jam tujuh pagi," Ujar Dax memberi tahu.

Lova cepat menoleh dengan tak yakin, "Bukannya kita masih harus bertemu dengan Mr. Markus besok siang?" Tanyanya. Pertemuan mereka semalam memang sedikit digantung. Mr. Markus mengatakan bahwa mereka harus kembali melakukan pertemuan sebelum kesepakatan diraih, dan telah direncanakan bahwa besok siang mereka akan kembali bertemu di tempat yang sama.

"Mr. Markus menerima kerja samanya. Kau tahu? Aku tadi hanya mencarimu sebentar karena Mr. Markus menghubungiku untuk menemuinya di kantornya, dan dia menandatangani kontrak kerja samanya. Seharusnya tadi kau berada di sana. Kantornya sangat megah dan satu lagi yang paling penting adalah, guess what?"

Lova mendelik ragu, "Banyak gadis cantik di sana, dan kau terpesona pada salah satunya. Am I right?"

Dax tertawa renyah, "Tebakanmu salah. Gedung itu sangat mirip dengan kantor impianmu, temanya green, banyak tanaman cantik dan mahal di sana,"

Lova mencebik, "Seharusnya kau mengajakku ke sana," Gadis itu menggerutu tak jelas.

"Kau 'kan menghilang," Sambar Dax cepat.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang