21

2K 118 7
                                    

Sudah vote kan?
































Hai..

Maaf lama banget baru bisa up part baru.
Lagi sibuk banget, apalagi unbk yang udah makin deket, doain aku biar bisa lulus di PTN favorit ya.

Untuk sementara waktu kayaknya bakal jarang banget buat up, maaf banget.

Selamat membaca aja.

***

















“Woah!! Kau sangat hebat!”

Suara pujian yang terkesan penuh sindiran menggema di ruangan yang hening itu.

Neall berdiri dengan pandangan remeh ke arah seseorang di balik meja kerja seukuran meja rapat.

“Kau pikir aku akan sekarat hanya karena kau berhasil mengeroyok diriku? Huh kau salah dude.” Dengan berdecih Neall menghampiri pria di sana yang tetap menatapnya datar, lebih terkesan sedang menyiapkan sikapnya.

“Leonardo Dremson, aku tahu kau memusuhiku, namun bukan berarti kau harus mengganggu acara kencan pertamaku apalagi hingga menggagalkan semuanya.”

Neall menarik kursi di hadapan Leon.

“Gadismu sungguh cantik, aku sepertinya akan tertarik.” Balas Leon tenang dengan sorot yang tajam.

Neall mengepalkan tangannya. Ia tahu jika dirinya terpancing sekarang. Entah kenapa akhir-akhir ini ia lebih sensitif jika itu berhubungan dengan Lova.

Don't dare you!” Nada suara Neall terkesan tajam dan mengintimidasi.

“Velova Arabela. Namanya sangat menantang bagiku. Apa kau tahu, bahwa aku adalah dosen di kelasnya?”

Leonardo Dremson terkekeh menang. Ia menatap dengan kepuasan sendiri pada raut Daneall.

“Ku peringatan jangan pernah berpikir untuk mendekati gadisku!”

“Whoah.. calm down bro. Aku berniat baik padanya, namun tidak padamu.” Ucap Leon dalam nada yang tenang.

Neall diam sejenak, memikirkan kata apa yang harus ia ucapkan untuk membungkam Leon serta untuk memenangkan perdebatan mereka. FYI, Neall tidak suka dikalahkan.

Neall menimbang-nimbang buah pikirnya sejenak. Selanjutnya ia tersenyum paham apa yang harus ia katakan selanjutnya.

“Kau tidak lupa siapa aku bukan? Kalau kau lupa akan aku ingatkan lagi.” Ujar Neall yang kini berbalik mengungguli Leon, bisa dilihat raut berbeda yang ditunjukkan oleh Leon.

Keduanya sama-sama memiliki aura tajam yang menguar. Sorot mata mereka berdua yang berkilat-kilat tampak menonjolkan apa yang mereka rasakan. Baik Daneall maupun Leon, mereka sama-sama mengepalkan tangannya kuat.

Leon merasa ia akan kalah kali ini, jika ia melawan pada Daneall dan berujung berkelahi, maka sudah pasti Neall akan lebih unggul darinya. Oleh sebab itu, Leon memilih diam untuk menandakan kekalahannya tanpa harus terlihat menyedihkan di mata pria di hadapannya.

“Kau kira siapa dirimu hingga berani membuat keputusan di luar kendali pimpinan King Eagle? Jangan pikir aku tidak tahu apa yang telah kau perbuat.” Neall menjeda sejenak.

“Si sialan Andrew Baird yang nyatanya adalah pamanku itu telah melakukan kebodohan besar. Bisa-bisanya ia mempercayakan bagian timur pada dirimu, cih.”

Neall berdecih. Ia menyudutkan Leon dengan ujung matanya, kini lelaki itu tak berkutik hanya mengepal dengan sorot tajam.

“Pria angkuh sepertimu tidak pantas memimpin bagian timur untuk King Eagle.” Ujar Neall lagi dengan penuh sindiran.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang