8

4.6K 273 2
                                    

Terimakasih udah vote tadi.




















***











Kelas Lova telah berakhir sedari tadi, namun Lova baru saja keluar dari perpustakaan, dan kini ia sedang berjalan keluar kampus. Tak seperti sebelumnya, kini Lova begitu acuh ketika mendapat tatapan dari orang-orang yang sedang berada di halaman luas kampus.

Dengan sedikit kerepotan Lova membawa barang-barangnya. Ransel yang berisi laptop di punggungnya, tiga buah buku tebal yang dipinjamnya dari perpustakaan, serta berat jaket kebesaran milik Neall yang hampir menutupi sebagian tubuhnya.

Neall memang tidak mengambil kembali jaketnya tadi, ia ingin Lova mengenakan jaket itu selama Lova belum mengganti baju lengan pendek miliknya. Hanya baju lengan pendek dan Neall begitu mempermasalahkan hal itu, bagaimana jika Lova memakai tanktop dan hotpant saja?

Pria itu datang dan pergi tanpa disadari. Tidak jelas memang.

Lova menyeberang, dia ingin mencari kendaraan untuk pulang ke apartemen, dia tidak ingin tubuhnya kebas hanya karena barang yang dibawanya jika ia berjalan kaki untuk pulang.

Ia menoleh ke kanan kiri mencari apakah ada taksi yang lewat dari arah sana, namun nihil, keadaan jalanan mulai sepi karena kampus telah bubar sedari tadi.

Lova bergidik ngeri ketika matanya menemukan segerombolan pemuda yang berada tak jauh dari dirinya berdiri, mereka duduk memenuhi halte bus. Lova bisa memperkirakan jumlah mereka yang hampir menyentuh angka duapuluh. Mereka mengenakan jaket dengan motif yang sama.

Ah Lova ingat sekarang. Itu pasti gerombolan geng motor yang dimaksud Neall, geng motor yang beberapa hari lalu ia lihat di sana, di tempat yang sama.

Hati Lova tak tenang sekarang, tak ada satupun kendaraan yang menampakkan diri, dan di sana, beberapa dari gerombolan itu saling berbisik sembari menatap dirinya, lalu tak lama salah seorang dari mereka berjalan ke arahnya.

Ponsel Lova berdering kala langkah pemuda itu semakin mendekat. Ia melihat sang penelepon, tanpa nama. Nomor tak dikenal. Tanpa pikir panjang Lova mengangkat panggilan itu sementara matanya waspada menatap pemuda yang semakin mendekat.

"Siapapun kau tolong aku!" Ucap Lova dengan nada gusar setelah ia menekan ikon hijau di layar ponsel.

"Tunggu aku di sana!" Panggilan langsung terputus setelah suara itu terdengar.

Lova terperanjat. Suaranya Daneall. Darimana pria itu tahu nomor ponselnya.

"Hai, we meet again." Suara yang terkesan ramah memasuki indera Lova.

Lova mendadak kaku, ia takut menatap wajah pria itu, ia berpura-pura sedang fokus pada ponselnya.

"Umm, kenapa tak berani menatapku? You scared of me?"

Lova semakin cemas, kenapa pria di depannya bisa tahu bahwa ia sedang ketakutan. Ia menutup ponselnya lalu memberanikan diri menatap wajah pria itu.

'Tampan'

Lova menggeleng terlebih dahulu. "Aku tak takut padamu!" Jawab Lova ketus.

"Hm—bagus. Tapi apa kau ingat padaku?"

Lova mengerutkan keningnya, ia seakan ingat sesuatu ketika pria itu berucap demikian. Dan benar, ia ingat sekarang, pria ini adalah pria yang hampir menabraknya kemarin.

"Kau? Kau yang menabrakku kemarin 'kan?" Tuding Lova dengan mata berapi-api.

"Hampir menabrak bukan menabrak" Ujar pria itu memperbaiki ucapan Lova.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang