24

1.7K 91 3
                                    

Sudah vote kan guys??

Absen dulu dari propinsi mana aja nih guys? Siapa tau kita satu propinsi. Btw, aku dari Nusa Tenggara Timur.

Emm, gimana puasanya gaes??






****

Suasana dingin dibalut kabut dini hari yang gelap dan pekat membuat sebagian kota Manchester beku dalam lelap, lalu sebagiannya lagi mencoba melawan keadaan dengan masih terjaga dengan berbagai kegiatan. Sebuah sudut kecil di pinggiran itu sebagai contohnya. Di sana tempat segala jenis kejahatan bermunculan, manusia-manusia tanpa rumah berbaur di sana, tinggal di tenda-tenda kumuh beralas kardus bekas, berteman debu dan sampah. Kegelapan dan kejahatan sudah menjadi nyanyian di sana setiap waktu. Tak ada yang saling peduli. Namun itu dulu, sebelum kedatangan seseorang yang mural besar sosoknya terpampang jelas tanpa hambatan di dinding bagian utara, sosok dengan punggung tegap dan sayap berwarna hitam yang bermahkota layaknya raja, tulisan besar huruf sambung di bawah mural itu juga seakan menunjukkan kekuatan dari sosok itu. XADEMON.

Daneall Xademon berdiri di sana, tepat di hadapan sosoknya sendiri dalam bentuk lukisan. Ia menatap datar ke arah dinding itu walau sebenarnya ingin mengulas senyum. Ia kembali ingat awal pertama ia sampai di tempat ini, tepatnya satu setengah tahun lalu, di mana ketika ia mengejar seorang gadis pengantar bunga yang tak sengaja menyaksikan kegiatan membunuhnya. Daneall masih ingat jelas raut ketakutannya ketika ia mendekatkan Iron ke leher sang gadis, apalagi ketika napas tertahan darinya ketika Daneall menyebut dirinya sebagai 'Death Angel' bagi gadis pengantar bunga itu.

"Kenapa masih di sini?"

Daneall menoleh lalu menemukan sang penanya di sana. Gadis bermata biru dengan rambut pirang sepanjang pinggang rampingnya.

Neall mengulas senyum cerah, secerah raut wajah perempuan di hadapannya, sejurus kemudian ia mencebik kesal.
"Kau mengusirku huh?" Cibirnya.

"Jika kau menganggap demikian maka 'iya'." Ujar gadis.

"Tapi maaf, aku masih ingin di sini, lagi pula aku akan pergi jika sudah lelah menatapmu." Ucap Neall sengaja menggoda gadis di hadapannya.

"Ck, aku tidak akan tergoda olehmu, tunanganku lebih menggoda dari pada kau Daneall Xademon." Sang gadis mengelak dengan pandainya kemudian terkekeh saat wajah Daneall tampak kaku karena kesal.

"Apa hebatnya dia dibandingkan aku? Jelas aku jauh lebih unggul dalam segala hal dibandingkan dia." Ujar Neall membanggakan diri, ia sengaja menaikkan dada angkuh.

"Ya, saking hebatnya kau bahkan tidak ada satu gadispun terpincut pada kehebatanmu." Gadis itu tertawa puas saat Daneall diam tak membalas ucapannya. Tapi, sejurus kemudian pria itu langsung tersenyum kala tawa gadis tersebut memudar, Neall mengacak rambut gadis itu sebentar.

"Kembalilah ke tempat tidurmu." Ujar Neall memerintah dengan lembut. Jarinya menunjuk pada sebuah bangunan yang paling ujung, bekas toko bunga yang kini menjadi tempat tinggal bagi gadis di depannya dan beberapa hadis lain.

"Kau mengusirku huh?" Gadis itu mendengus tak suka.

"Dan kau baru saja mengutip kata-kataku." Neall menatap dengan cibiran lalu keduanya diam dalam dunianya masing-masing.

Tak lama Neall berdehem pelan, "Masuklah, di sini semakin dingin." Ujar Neall yang kemudian menoleh menatap pada lawan bicaranya. Gadis itu hanya memakai kaos berlengan pendek kebesaran berwarna biru gelap.

"Biasanya kau akan meminjamiku jaket jika aku kedinginan."Gadis itu menatap lurus ke depan pada sosok pria di sampingnya yang dalam bentukan lukisan.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang