55

831 45 0
                                    

Welkam bek gaiss

Udah vote kan???

Selamat membaca 🖤

***

Satu minggu berlalu. Lova telah kembali ke kotanya dari minggu lalu. Kegiatan gadis itu kembali padat seperti sebelum-sebelumnya, Ia kembali sibuk dengan urusan pekerjaan. Hubungannya dengan Dax berjalan normal seperti kakak-adik yang seharusnya. Sedangkan hubungan bersama dengan Daneall, entahlah.

Lova tak lagi memikirkan pria itu. Daneall seakan datang dan pergi semaunya. Pria itu tak ubahnya seperti makhluk amfibi. Kedatangan Daneall malam itu tak membuahkan hal yang memuaskan. Setelah malam itu, Daneall tak pernah muncul lagi, seakan ciuman yang diberikannya itu hanya angin lalu, padahal berefek besar untuk Lova.

Tiga hari berturut-turut setelah kedatangan Daneall malam itu, Lova tak pernah berhenti berharap. Ia begitu antusias kiranya Daneall akan mengunjunginya, namun ketika mengingat bahwa Daneall memiliki seorang kekasih yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya, membuat harapan Lova perlahan terkikis.

Lova memasuki kamarnya, merebahkan diri di atas ranjang dengan tubuh yang sangat lelah setelah seharian bekerja. Hari ini Ia mengemudi sendiri, tak seperti sebelum-sebelumnya di mana Dax akan mengantar dan menjemputnya.

Ponsel gadis itu bergetar perlahan di dalam tas. Gadis itu meraih tasnya dan memeriksa, ternyata Sang Ibu.

"Ya, Mom," Sahut Lova dengan suara yang kurang bersemangat.

"Hei, honey, kamu di apartemen? Tidak jadi menginap?" Tanya Helena, pasalnya siang tadi Lova mengatakan akan menginap di sana.

"Astaga aku melupakannya! Maaf, Mom," Pekik Lova memukul keningnya.

"Ck, selalu saja lupa. Kamu belum pernah ke sini setelah pulang dari Singapura, Sayang," Omel Helena.

Lova melirik jam sebentar, pukul tujuh malam. Masih belum larut untuk melaju ke kediaman ibunya.

"Aku akan ke sana Mom, jadi berhentilah menodongku seperti itu,"

"By the way, ada kiriman untukmu tadi dan sudah Mommy letakkan di meja kamarmu. Sepertinya itu wedding invitations,"

Lova mengerutkan keningnya. Surat undangan pernikahan? Setahunya tak ada temannya yang akan menikah dalam waktu dekat.

"Siapa yang mengirimkannya, Mom?" Tany Lova sedikit penasaran.

"Mommy sepertinya tidak mengenalnya, tapi kalau tidak salah, nama prianya Denilo, Daniel, Dandil—ah Mommy lupa,"

Lova menegang mendengar nama yang diucapkan oleh sang Ibu. Semoga saja bukan, batinnya.

"Baik Mom. Aku akan sampai setengah jam lagi." Gadis itu langsung mematikan panggilan. Bergegas cepat meraih tas dan kunci mobil.

***

Daneall memeluk erat gadis cerewet yang sedari tadi tak berhenti mengoceh dengan kalimat yang sama.

"Aku sangat merindukanmu, Neall," Ucap Angelisa. Pasalnya gadis itu kini tengah menjemput kepulangan sang calon tunangan di bandara.

Daneall terkekeh, "I miss you more, babe," 

"Aku punya banyak hal yang ingin kuceritakan padamu. So, kau harus menemaniku seharian tanpa banyak protes, dan satu lagi aku ingin kau matikan ponselmu selama bersamaku," Tukas Angelisa penuh semangat. Keduanya berjalan ke arah mobil yang menjemput kepulangan Daneall.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang