5

7K 422 1
                                    

Sudah vote 'kan guys??














































***







Tiga hari setelah kejadian di acara ulang tahun kampus, Lova mengurung diri di kamar. Ia menjadi sedikit bicara pada Bella. Apalagi dengan Bella yang selalu bertanya tentang Justin.

Lova sungguh yakin bahwa Justin akan menghilang dari hadapan Bella terlebih lagi dari hadapannya setelah hampir mati di tangan Neall.

Tapi bukan hanya itu yang membuat Lova mengurung dirinya. Sebenarnya Lova sungguh takut jika harus bertemu Neall. Kejadian Neall memukuli Justin saja sudah sangat menakutkan. Apalagi kejadian sesudah itu. Kejadian yang tidak Lova ketahui langsung melainkan dari cerita Bella. Dan setelah Bella menceritakan kejadian itu padanya. Lova seketika fokus mengacu pada pikirannya. Lelaki itu sungguh berbahaya. Lova seratus persen yakin bahwa hal itu adalah ulah dari Neall. Jangan tanyakan kenapa Lova bisa berpikir seperti itu. Salahkan saja angka Romawi empat yang terukir indah di dada korban malam itu, di dada sang rektor kampus yang terkenal kejam dan tak berperikemanusiaan.

***

Setelah berdebat hebat dengan Bella lewat telepon seluler kini Lova sedang terburu-buru memakai sweater untuk menutup tubuhnya yang hanya berbalut tanktop dan hotpants. Lova terlihat sangat terburu-buru dan raut penuh kesal. Ia membuka pintu apartemen dengan kasar dan langsung saja terhenti begitu melihat siapa di hadapannya.

"Nah itu dia sudah muncul. Aku ingin pergi jangan ganggu aku.” Ucap Bella lalu meninggalkan Lova yang hanya bersama seorang lelaki yang tak asing baginya. Ralat, lelaki yang masih asing karena Lova sampai saat ini belum mengetahui nama lelaki itu.

"Hi, nice to meet you.” Sapa Neall dengan senyum andalannya.

“Kau kenapa bisa di sini?” Tanya Lova langsung tanpa ada niatan untuk berbasa-basi sekadar membalas sapaan Neall.

“Melihat milikku bukankah tidak ada salah?” Tanya Neall balik. Tanpa menunggu pergerakan Lova, Neall berangsur masuk ke dalam apartemen dan langsung membanting tubuhnya di atas sofa.

“Aku tidak mengizinkan kau masuk ke mari!" Cegah Lova namun terlambat Neall telah duduk santai di sana tanpa ada beban.

“Ini bukan apartemenmu, aku sudah meminta izin pada pemiliknya tadi. Dan sekarang aku tidak perlu izin lagi untuk menemui milikku.”

Lova memutar bola matanya. Malas berhadapan dengan sosok Neall. Jauh di lubuk hatinya ada sebuah rasa takut yang bersarang. Dia telah bertekad menjauhi Neall namun kini gagal. Sekarang dia berpura-pura ketus seperti biasanya padahal sebenarnya ia sungguh ingin berjauhan dengan iblis di hadapannya. Ia sekarang sedikit sadar siapa pria di hadapannya. Pria berbahaya yang tidak boleh leluasa berada di dekatnya.

“Pulanglah jika kau tidak memiliki keperluan di sini, aku masih punya banyak urusan bukan hanya untuk meladenimu.” Ujar Lova berusaha tetap tenang dan tidak ingin terlihat ketakutan.

“Sudah ku katakan aku ingin melihat milikku.” Jawab Neall santai sembari meraih sebungkus rokok dari saku jaketnya lengkap dengan pematik. Tak peduli keberadaan Lova ia mematik sebatang rokok dan menghisapnya.

“Jangan merokok di sini! Dan satu lagi di sini tidak ada apapun yang kau sebut sebagai milikku.”

Semakin bersantai kali ini Neall mengangkat serta kedua kakinya dan menaruh di atas meja membuat Lova semakin kesal dengan berkacak pinggang.

“Masih tidak mengerti rupanya. Oh atau kau cuma pura-pura tidak mengerti hm?” Tanya Neall menyudutkan Lova.

Raut Lova berubah sejenak. Dia merasa terintimidasi sekarang. Tatapan dari Neall sungguh mematikan baginya. Ia terlihat sungguh seperti maling yang kedapatan, tak dapat berkutik.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang