Kamu sudah vote kan?
***
Jam makan siang telah dilewatkan oleh Lova, Ia kini sedang dalam perjalanan kembali ke kelasnya. Waktu istirahat tadi seluruhnya ia habiskan di ruangan Mr Emson, sedang pria itu menghilang dan baru kembali setelah jam istirahat selesai. Tak ada percakapan yang berarti sebelum Lova keluar dari ruangan itu, hanya berpamitan biasa selayaknya dosen dan mahasiswi.
Jaket kebesaran milik Neall telah Lova tanggalkan, suasana yang mendadak panas membuat Lova mau tak mau harus membuka jaket itu, mungkin karena efek mendung yang sedang menunggu kehadiran hujan.
“Hai sayang..”
Lova mendapati Neall yang kini bersandar di samping pintu kelasnya, pria itu menampilkan wajah sumringahnya ketika melihat Lova yang mulai mendekat. Ia menghadang jalan Lova menghalangi gadis itu untuk masuk ke dalam kelas.
“Kamu baik-baik saja?” Tanya Neall ketika menelisik raut Lova yang berbeda dari yang ditinggalkannya pagi tadi. Gadis itu tampak hening, mendung di langit sana rupanya membawa mendung di wajah Lova pula.
“Aku baik-baik saja Dan, tolong minggir dari pintu aku ingin masuk.” Ucap Lova yang tidak tahu kenapa kalimat itu melontar keluar begitu saja dari bibirnya, terkesan ia ingin berjarak dari Neall.
“No, kamu tidak baik-baik saja, aku tidak mengizinkan kamu untuk mengikuti kelas siang ini, kita pulang.”
Keputusan Neall membuat Lova mendadak memerah wajahnya.
“Maksudmu apa hah?” Tanya Lova masih berusaha tenang walau ternyata ia tidak mampu menahan rasa kesal yang mengakibatkan wajahnya semakin merah padam.“Huh semakin terlihat jelas, kamu marah padaku. Ayo ikut aku, kita harus selesaikan yang ada di otakmu itu.” Ujar Neall dengan tenang berusaha mengimbangi Lova.
“Kenapa kau mengatur hidupku? Kau bukan siapa-siapa bagiku!” Sentak Lova ketika Neall ingin meraih tangannya.
“Lova apa ini semua karena aku yang tidak menemanimu makan siang? Jika iya aku minta maaf, jangan seperti ini, mari kita selesaikan kesalahpahaman yang ada di pikiran mu itu.”
Lova mendesis, ia memiringkan kepalanya menatap wajah Neall.
“Aku tidak butuh itu. Sekarang minggir sebelum mereka keluar dan melihat kita.”
Lova menggeram pasalnya jika sampai oktaf suara mereka bertambah sedikit lagi maka penghuni kelasnya bahkan kelas lain yang sedang belajar akan terganggu dan otomatis akan keluar melihat keributan yang mereka berdua ciptakan.
“Hei hei hei, aku tidak paham kamu kenapa, aku minta maaf kalau aku berbuat salah, ayo kita selesaikan, jangan diam dan bersikap seperti ini lova.”
Neall terlihat gusar ketika mencoba membujuk Lova, ternyata keras kepala gadis di depannya tak mudah ia lunakkan.
“Jangan mengaturku, kau bukan orang penting dalam kehidupan aku!”
“Jadi masalahmu apa Velova? Katakan padaku. Apapun itu aku akan tetap peduli padamu, siapapun aku bagimu itu terserah padamu, terpenting kamu harus tahu, kamu penting bagi aku, sangat penting.”
Lova diam menyimak setiap kata yang diucapkan Neall, otaknya menyaring dan menerjemahkan kata-kata itu.
“Bisa ikut aku?”
Lova mengangguk memenuhi tawaran Neall. 'Membolos lagi' batinnya. Ia menyodorkan jaket pada Neall ketika merasa kesulitan membawa barang itu.
Mereka berjalan dengan Neall di depan dan Lova mengekor, jika biasanya mereka akan berdampingan dan saling menggenggam, kali ini berbeda. Terlihat jelas bagi siapapun bahwa keduanya sedang ada masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLIVAGANT (END)
Dla nastolatkówIni cerita tentang seorang pembunuh bayaran dengan sejuta kisah kelam serta kehidupan gelapnya yang jatuh cinta dengan gadis pertukaran pelajar. Awal pertemuan sungguh tak terduga, hingga akhirnya ia memutuskan untuk memiliki gadis itu setelah perte...