Hii. Thanks udah ngasih vote :)
Tandai kalo ketemu typo yaa
Mulmed : Mas Daneall
Selamat membaca:)
***
Dia bukan seorang narapidana namun sejak kemarin dirinya sudah terpenjara di ruangan ini. Tidak ada izin untuk keluar dari gedung ini sekalipun keluar dari pintu itu. Dirinya semakin frustasi kala ponselnya—benda satu-satunya yang mungkin bisa menghubungkan dirinya dengan dunia luar— diambil paksa oleh iblis itu. Iblis yang sialnya telah mencuri hampir seluruh isi hatinya.
Sama seperti kemarin, pria itu hanya mengunjunginya ketika jam makan, memberikan Velova makanan dan menunggu hingga gadis itu menghabiskan makanan, lalu keluar tanpa sepatah kata pun.
Segala protes dan rontaan yang Lova layangkan tidak ada yang berpengaruh sama sekali. Terhitung pria itu hanya mengucapkan kalimat yang sama saat masuk ke kamar yang ditempati Lova, meskipun gadis itu banyak berkata.
‘Makanlah! Dan jangan membantah!'
Sudah dari semalam pula Lova memikirkan cara untuk kabur dari tempat ini. Melompat dari jendela bukanlah cara yang bagus, ia akan hancur sampai ke tulang-tulangnya jika melakukan cara itu. Mendobrak pintu juga bukan cara yang masuk akal, pintu dengan bahan kayu keras itu tak akan lunak jika didobrak tubuh mungilnya. Membodohi Neall juga bukanlah cara yang efektif, pria itu tidak mudah dibodohi. Membobol pintu dengan benda kecil pengganti kunci juga termasuk cara konyol, tidak mungkin semudah di film-film untuk membuka pintu menggunakan jepit rambut atau peniti dan barang sejenisnya. Meminta tolong pada orang lain adalah satu-satunya cara, namun bagaimana cara dia melakukan itu jika benda komunikasi miliknya disita Daneall.
Gadis itu kembali berdiri di samping jendela, melirik ke bawah sana tampak lampu-lampu bersinar membelah gelapnya kota. Tak ada bulan maupun bintang malam ini. Kamar yang ditempatinya tak ada balkon, sepertinya Neall sengaja menempatkan Lova di sana agar usaha kabur yang ingin ia lakukan sia-sia.
Lova membayangkan sesuatu, dia pernah menonton sebuah film yang menayangkan aksi kabur dari gedung yang tinggi dengan cara menggunakan gorden yang diikat satu sama lain, namun bukan itu cara yang ingin Lova lakukan. Tidak mungkin dia menyerahkan nyawanya dengan cara itu, bisa saja simpul dari gordennya terbuka dan ia terjun bebas dari lantai tiga puluh tiga, belum lagi di sini ia tidak punya gorden yang cukup.
Apa ia pukul saja Daneall hingga pingsan lalu mengambil kunci dan kabur?
Lova menggeleng lagi, bukan seperti itu caranya. Lagi pula tenaganya tidak cukup untuk memukul Neall hingga pingsan. Segala yang ada di film-film tidak akan mudah dipraktekkan di dunia nyata, dunia film banyak manipulasinya.
Lova melirik jam kecil di atas meja, sudah pukul sepuluh malam namun pria itu tak kunjung datang membawa makan malam untuknya, dirinya sudah merasa lapar sejak jam tujuh lalu. Walaupun tak melakukan aktivitas berat bukan berarti ia tidak butuh asupan, tubuhnya butuh makan untuk berpikir bagaimana caranya kabur dari tempat ini.
Karena merasa bosan akhirnya Lova memilih untuk tiduran, hingga dia terlelap.
***
Di lain tempat, Daneall kembali menenggak minuman keras yang sudah dituangkan belasan kali untuknya, walau demikian tidak sedikitpun ia merasakan pengaruh minuman itu, dirinya seakan kebal dengan apa yang dikonsumsinya, menurutnya porsi yang ia habiskan saat ini masih kurang mempan untuk membuatnya mabuk. Bukan hanya itu, rokok yang terselip di sela jarinya juga sudah diganti berulang kali, mungkin sudah sebungkus yang ia habiskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLIVAGANT (END)
Teen FictionIni cerita tentang seorang pembunuh bayaran dengan sejuta kisah kelam serta kehidupan gelapnya yang jatuh cinta dengan gadis pertukaran pelajar. Awal pertemuan sungguh tak terduga, hingga akhirnya ia memutuskan untuk memiliki gadis itu setelah perte...