17

2.5K 150 2
                                    

Guyss welkambek..

Udah vote kan???

***

Pergi ke kampus diantar oleh kekasih memang hal yang biasa, tapi pernah tidak dirimu diantar oleh seorang pembunuh bayaran? Lova tersenyum mengamati wajah pria di sisinya dari samping. Pria yang notabenenya adalah pembunuh bayaran ini telah mengisi kekosongan di hatinya, memberi detak tak karuan pada jantungnya ketika berdekatan dengan pria ini, seperti yang terjadi sekarang.

Hm, bolehkah Lova menyebut pria ini sebagai kekasihnya?

Mata Lova menyoroti di bawah sana, diantara jarak keduanya, tangan Neall menggenggam erat jemari Lova memberi rasa aman yang lagi-lagi Lova rasakan. Katakanlah kampus ini milik mereka berdua detik ini, tak ada yang berani mengusik ketika langkah kaki memboyong mereka sepanjang koridor menuju kelas Lova, bahkan lantai di bawah sana yang dipijak pun seakan ikut diam menyaksikan langkah keduanya.

Lova tertawa kecil ketika mengingat kejadian beberapa jam lalu, disaat dia terbangun kesiangan dan  menyapu sekeliling ruangan pada sofa yang digunakan tidur oleh Daneall namun tidak menemukan pria itu. Ternyata Neall telah pergi setelah Lova menemukan sebuah kertas dengan ukuran besar tertempel di dinding.

Aku pergi 30 menit. Nanti aku jemput ke kampus bersama.

Lova yang saat itu belum terkumpul semua jiwanya terkekeh geli. Neall bisa saja meninggalkan secarik kertas jika ia mau untuk lebih simpel, namun pria seperti Neall rupanya lebih memilih menggunakan kertas besar yang bisa sukuran peta dinding.

“Kenapa tidak membangunkanku pagi tadi?” Tanya Lova yang kini telah sampai di depan kelas. Keduanya berhenti di pintu tak sampai masuk ke kelas.

“Sesuka aku, mau membangunkan mu atau tidak.” Jawab Neal dengan acuh karena merasa kesal ketika Lova melepaskan tautan tangan mereka.

“Ck. Lalu kenapa memakai pakaian basah itu lagi?”

Neall memang telah meninggalkan pakaian milik kakaknya Bella yang dipinjam Lova, karena pagi tadi Lova menemukan pakaian itu di atas kursi belajar Lova, sedangkan pakaian basah milik Neall yang belum sempat dikeringkan hilang.

“Sesuka aku.”

“Dasar baperan.” Sinis Lova dengan istilah bahasa Indonesia, untung Neall tidak memahami maksudnya.

Te quiero.” Balas Neall.

Satu sama skor diantara mereka, Neall yang tidak paham ucapan Lova begitu pula Lova yang tidak paham ucapan Neall.

Lova diam menunduk mencari ponselnya.

“Coba ulangi.” Perintah Lova ketika telah menemukan ponselnya. Didekatkannya ponsel itu ke arah Neall.

“Te quiero.”

Lova tak menyahut lagi. Sesaat setelah ucapan Neall yang direkamnya diterjemahkan oleh ponsel, pipi Lova menghangat. Perutnya bergejolak serta dadanya bergemuruh hebat.

“Memakai jasa translate online huh? Ah payah.” Cibir Neall. Pria itu melepaskan jaketnya, disampirkan ke bahu Lova.

“Pakai yang benar. Lupakan yang tadi aku katakan. Aku akan kembali nanti menjemputmu, maaf tidak bisa makan siang bersama, aku ada urusan.”

Lova menatap kepergian Neall dengan bergumam pelan. Bagian mana yang harus dilupakan dari kata-kata Neall tadi? Apa pada bagian pria itu mengatakan bahasa asing yang ternyata adalah bahasa Spanyol, yang terjemahannya mampu mendebarkan dada Lova?

Lova merasakan jantungnya berpacu lebih cepat mengingat kata-kata Neall. Kali ini bukan karena ia termakan  ucapan manis Neall, melainkan perasaan diacuhkan pria itu, ia merasa Neall sengaja menerbangkan perasaannya lalu menjatuhkannya.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang