2

8.2K 436 2
                                    

Lova berjalan dengan santai memasuki kedai makan di samping rumah sakit. Ia memilih untuk makan di sana saja daripada pulang ke apartemen dan harus memasak lagi, mengingat ia tidak pandai dalam hal masak-memasak. Cukup memasak mie instan dan menggoreng telur, itupun kadang telurnya gosong.

"Lova tunggu aku." Suara Bella mengoceh dari belakang.

"Aku ingin makan, kenapa kau malah mengejar ku kak?"

"Aku ingin bertanya Lova, kau hanya tinggal menjawab apa susahnya?"

Lova berjalan dengan tak menghiraukan Bella. Ia memilih duduk di pojokan dan memanggil pelayan.

Setelah menunggu agak lama pelayan datang dengan menu makanan pilihannya. Lova menatap dengan mata berbinar, ia lapar sedari semalam. Bahkan ia tidak sempat memakan roti yang diberikan oleh psikopat tampan itu.

"Kemana kak Bella?" Ujar Lova bertanya-tanya sendiri. Ia menoleh ke kanan kiri mencari keberadaan kakak sepupunya itu. Namun tak ada juga. Ia ingat sekali tadi Bella mengikutinya masuk ke mari.

"Ah biarkan, mungkin ia ke toilet." Putus Lova dan kembali makan.

Benar saja, setelah lumayan lama Bella muncul dengan wajah berseri. Ia menarik makanan Lova dan memakannya.

"Kak makananku." Protes Lova.

"Diamlah aku sedang berbahagia."

"Kau aneh sekali, tadi mengikutiku dengan kesal dan sekarang berbahagia." Bingung Lova. Ia meraih tisu dan mengusap di sela bibirnya.

"Kau tahu?"

"Tidak."

"Ishh aku belum bercerita."

"Ya sudah ceritakan." Ujar Lova dengan memasang wajah serius.

"Aku diajak kencan malam ini." Ucap Bella dengan wajah berbunga-bunga.

"Kencan? Sama si Justin Justin itu?" Tanya Lova dengan malas. Ia tidak ingin mendengar nama Justin.

"Iyaa. Astaga aku sungguh bahagia." Seru Bella lalu merangkul Lova erat. Sontak beberapa pasang mata menatap aneh ke arah mereka.

"Lepasin kak. Mereka menatap kita." Ujar Lova berusaha melepas pelukan Bella. Dan setelah pelukan erat Bella melonggar, Lova langsung menarik diri dan berlalu dari sana.

Lova segera keluar dan mencari kendaraan untuk mengantarnya pulang dan tentu saja dengan Bella yang terus di belakangnya.

***

Bella mengekor pada Lova sejak awal mereka sampai di apartemen tadi. Bella juga memberondongi Lova dengan berbagai pertanyaan yang ujung-ujungnya mengarah pada tato yang ada di tengkuknya. Sedang Lova, ia hanya acuh tak menggubris. Ia seratus persen yakin kalau tato itu tidak permanen dan hanya berupa coretan tinta pena atau alat tulis lainnya, namun ia merasa sedikit sakit pada tengkuknya ketika ia menyentuh tempat dimana tato itu berada.

Dengan menarik rambut Lova dan menyingkirkan dari tengkuk, Bella mengusap tato itu. Ia terlihat seperti mengamati sesuatu dengan serius, layaknya seorang kimiawan yang sedang bereksperimen.

"Hei lepaskan. Sakit kak!" Pekik Lova ketika Bella dengan sengaja menekan tatonya.

"Asli." Ujar Bella bergumam.

"Apa yang asli?" Bingung Lova.

"Tato ini asli," Bella menjeda sejenak "dan juga permanen."

"Tidak mungkin kak. Aku yakin itu akan hilang esok atau lusa setelah kugosok dengan keras." Oceh Lova.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang