Prolog

20.6K 720 38
                                    

Tempat dan tanggal kamu nyampe di sini.

Jalur apa kamu nyampe ke sini.

Cerita ini masih sangat kacau, beberapa kata, kalimat, bahkan tanda bacanya masih kacau, belum sempat aku perbaiki. So, kalau ketemu typo atau apapun itu tolong tandai ya. Terima kasih.











______________________________________

Vote sama komen ya guys.. biar semangat nulisnya.

______________________________________

Neall POV.

Setelah menyelesaikan tugasku malam ini, aku tersenyum puas sembari menatap tubuh kaku yang tergeletak tak berdaya di hadapanku. Rasanya lega telah menuntaskan keinginanku yang tertunda selama seminggu ini. Tergetku kali ini sungguh payah, tapi juga cukup membuatku lelah. Ia ingin bermain-main di awal tadi membuatku tersenyum remeh ke arah mayatnya. Tapi tak apa, target yang baik dengan bayaran yang baik pula.

Menjadi pembunuh bayaran bukan keinginanku tentunya, aku mulai menggeluti dunia baruku ini sejak setahun yang lalu. Sebelumnya diriku sudah sering membunuh namun tak dibayar, sekedar pelampiasan dan hidup dari dunia gelap. Menjadi kurir narkoba adalah langkah awal di mana aku terjerumus ke dunia gelap, aku ingat saat itu usiaku bahkan baru lima belas tahun. Aku merasa hanyut di dalamnya, tak ingin kembali ke permukaan kehidupan normal yang terlalu banyak drama. Hidupku memang penuh kebohongan, hidupku sungguh kelam, gelap, tak berwarna. Dan aku menikmati hidupku.

Kisahku dari dulu memang telah menjadi momok menyedihkan, tak pantas untuk dikenang apalagi disesali. Bahkan, mencoba melupakan pun aku tak akan sanggup.

Aku berlalu meninggalkan mayat itu setelah menelpon orangku untuk membereskan tikus menyusahkan itu. Sembari melangkah Aku menatap sarung tangan tipis yang kugunakan tadi, darah kering menempel di sarung tangan itu. Aku melepasnya dengan kasar lalu memasukkan dalam sebuah plastik, yang nantinya akan kujadikan koleksiku. Cukup aneh, namun aku suka melakukannya, setiap kali membunuh aku akan mengenakan sarung tangan yang baru, dan setelah membunuh, sarung tangan yang pekat dengan darah itu akan kumasukkan ke toples kecil sebagai koleksi, tak lupa kuberi label nama orangnya.

Aku mendesah, ternyata lumayan jauh juga aku mengejar si Tikus itu, mengingat sedari tadi aku berjalan, tak kunjung tampak mobilku. Dasar sialan. Ingin rasanya aku berbalik arah dan kembali ke tubuh Tikus sialan itu serta memberinya beberapa pukulan maupun tusukan lagi. Beraninya ia membuatku berjalan kaki sejauh ini.

Itu dia. Dari kejauhan Aku mendapati mobilku. Tapi ujung mataku langsung mengarah ke tempat lain, di depan mobilku, tampak seseorang tengah duduk menekuk meringkuk di sana. Dan sepertinya perempuan.

Dengan langkah lebar Aku menghampirinya, siapa tahu Aku dapat bonus mainan untuk Iron, pisau kesayanganku. Ah, jika benar maka sungguh beruntung malam ini. Tanganku perlahan mengelus pisau kecil di balik jaketku.

Langkahku semakin cepat, jarakku dengan tubuh perempuan itu juga semakin tipis. Tetapi, ada suara aneh.

Aku berhenti tepat di sampingnya, dan rupanya ia tak menyadari kehadiranku. Kuperhatikan tubuhnya yang mungil, mungkin seusia bocah menengah pertama. Rambutnya panjang menutupi kepalanya yang tertelungkup. Dan bahunya naik turun. Oke, Dia menangis bahkan terisak.

Tanganku terulur menyentuh bahunya. Dan seketika ia mendongak, dan terkejut melihatku, namun hanya sebentar. Selanjutnya ia kembali menangis.

Aku menggaruk kepalaku asal. Rasanya sedikit lucu melihat ekspresi wajahnya, dia sungguh bocah yang manis walaupun sedang menangis. Bahkan ia belum kuapa-apakan, tapi kenapa ia malah semakin kencang menangis?

"Hei, kau siapa? Kenapa menangis di tempat ini?"

"Huwaaa.. hikss.."

Gadis kecil itu tak menjawab malah semakin mengeraskan suara tangisannya.

"Hei, kau kenapa? Aku tidak akan jahat padamu, tapi jawab Aku, akan kuantarkan kau pulang ke rumahmu." Ucapku spontan namun ajaib ia langsung memelankan tangisannya.

"Aku tersesat hiks..aku ingin pulang hiks..."

Ia menjawabku dengan tersendat tangisannya. Menggemaskan sekali. Ingin sekali kubawa pulang.

"Baiklah. Tapi diamlah dulu. Masuklah ke mobilku akan kuantar kau pulang."

Gadis kecil itu mengangguk dan berhenti menangis, kubukakan pintu mobilku untuknya.

"Di mana tempat tinggalmu?" Aku bertanya setelah mobilku melaju meninggalkan tempat tadi.

Gadis kecil itu tak menjawab, ia malah memeluk tubuhnya erat. Rupanya ia kedinginan karena suhu mobilku yang sangat dingin.

Entah dorongan setan dari mana aku membuka jaketku dan menyampirkan ke bahunya, sebelumnya aku menyingkirkan pisauku. Lalu aku mematikan pendingin di mobi. Dan dia terlihat nyaman.

Sepertinya jiwa iblisku hilang, padahal tujuan awalku adalah menjadikannya mainan untuk pisauku, namun rasanya sangat tak enak hati, apalagi setelah melihat wajah lucunya. Sepertinya aku merasakan sebuah kehangatan yang meyeruak masuk di dadaku.

Beberapa saat aku berkutat dengan pikiranku, hingga lupa pada gadis itu.

"Hei, di manakah alamatmu?" Tanyaku tanpa menoleh padanya, aku terus fokus pada jalanan di depan.

Tak ada jawaban dari gadis itu membuatku menoleh menatapnya, dan sungguh ia rupanya telah terlelap. Dalam waktu lima menit ia terlelap, hebat.

***

Lova POV.

Aku terbangun di ruangan yang sungguh asing bagiku. Tempat ini tak seperti kamar sepupuku yang kemarin malam aku tidur. Ini sungguh berbeda, bahkan dari hawa kamarnya saja sungguh berbeda, aroma maskulin begitu menguar, cat dinding pun sangat berbeda, di sini sungguh menakutkan. Ini bukan seperti kamar manusia, ini kamar iblis. Kamar ini sangat didominasi oleh warna hitam, segala dekorasinya berwarna hitam, hanya gordennya saja yang menjadi sedikit pencerah ruangan ini, gordennya berwarna abu-abu.

Otakku berputar mengingat kejadian sebelumnya hingga akhirnya aku terdampar di kasur empuk ini, serta selimutnya yang lembut. Kuakui aku bahkan tidak bergeser sedikit pun semenjak membuka mata tadi. Rasanya sungguh nyaman walaupun aura kamar ini menakutkan.

Satu persatu kejadian mulai terangkai dan akhirnya aku ingat. Ya, aku tersesat dan menangis di depan sebuah mobil mewah, berharap pemilik mobil itu kembali dan melihatku serta mau menolongku untuk mengantarku pulang. Lalu benar saja, setelah hampir setengah jam menangis, pemilik mobilnya datang, orangnya tampan walau menakutkan. Dia baik mau menolongku, membawaku ke mobilnya, meminjamkan jaket untukku, lalu akhirnya aku tertidur. Setelah itu buram, aku tak ingat lagi. Berakhir aku terbangun di kasur nyaman ini.

Aku tersentak langsung duduk tegak. Di manakah aku sekarang?

Lebih kaget lagi, aku menyaksikan sesosok punggung yang sedang tengkurap di sebelahku. Mataku membulat dengan spontan aku memeriksa pakaianku, dan masih lengkap. Ah lega.

Tapi, apa tadi? Ada sosok pria di sebelahku? Tidur seranjang denganku? Dan pria itu tidak memakai baju? Oh no!!

"Aaaaaaa..!!" Pekikku setelah sadar sepenuhnya membuat sosok di sebelahku kaget langsung terbangun dengan mata yang memerah.

"Shit!! Kenapa berteriak!!" Bentaknya keras di hadapanku. Ia terlihat marah jelas sekali. Aku tahu, karena otot lehernya begitu tegang. Astaga, rupanya aku telah membangunkan macan tidur. Mati aku.

***

Aw aw aw..

Gimana prolognya?
Pecah ga???

Tunggu part satunya gaess..

Minggu, 28 Juni 2020

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang