47

893 53 2
                                    

Udah vote kan gais???

Selamat membaca.

***





Pria itu tak pernah alpa untuk memantau gadisnya. Walau bentangan kilometer memisahkan mereka namun tak pernah luput satu pun kegiatan gadis itu yang tidak diketahuinya. Jujur saja Daneall telah bekerja sama dengan Amber. Kekuasaan dan kegarangan wajahnya saja mampu untuk menakut-nakuti Amber hingga gadis itu mau menjadi pemantau Lova yang siap melaporkan kegiatan gadisnya selama sebulan ini di Filipina.

Jangan sangka Daneall mau-mau saja untuk melepas Lova jauh dari jangkauannya tanpa penjagaan. Dua orang anak buah terlatih selalu menjaga gadis itu dari radius sepuluh meter. Neall melarang kedua anak buahnya untuk mendekat karena takut jika Lova merasa risih lalu menyadari bahwa Daneall selalu mengawasinya, hingga berujung pada gadis itu menjauhinya.

Kemarin Amber melapor jika Lova dalam penerbangan kembali ke Manchester. Pria itu tentu saja sangat bahagia dengan laporan dari Amber. Balasannya, Dia berbaik hati untuk memberi nomor ponsel Dean kepada Amber. Ya, Amber memang menaruh hati pada Dean.

Dua jam sebelum Lova landing di Manchester, Neall telah menyuruh orang untuk membereskan apartemennya dengan harapan semoga saja Lova mau kembali ke tempat itu. Tak lupa Neall juga mengunjungi apartemennya setelah beres untuk memantau apakah semuanya telah rapi dan pantas untuk dihuni sang pujaan hati. Pria itu juga tak luput untuk menyemprotkan parfum kebanggaannya di seluruh penjuru ruangan agar ketika gadisnya kembali aroma khas tubuhnya tidak hilang, dan agar Lova senantiasa mengingatnya.

Daneall belum ingin menampakkan wajahnya langsung di depan gadis itu, mengingat kesan terakhir pertemuan mereka sungguh hambar. Biarkanlah reaksi Lova setelah menghuni apartemennya selama semalaman menjadi saksi.

Malamnya ketika Lova telah lelap, Neall diam-diam menyelinap. Gadisnya tidur dengan wajah tanpa isyarat kedamaian. Guratan-guratan di kening gadis itu menunjukkan bahwa Lova sedang memimpikan sesuatu yang kurang baik. Dengan lembut Neall mengusap dahi Lova perlahan serta menggenggam jemari Lova guna menyalurkan kehangatan agar gadis itu merasa lebih tenang. Dan benar saja, Lova menjdi lebih tenang, bahkan gadis itu balas menggenggam jemari Neall dengan erat.

Daneall tersenyum hangat. Ingin sekali Ia menaikki ranjang lalu berbaring di sebelah gadis itu dengan memeluknya erat sarat akan keriduan. Tetapi lagi-lagi Ia mengurungkan niatnya. Tidak. Buah pikirannya itu sungguh tidak baik, jika Ia berbaring dengan memeluk Lova maka bisa dipastikan Dia juga akan sangat lelap. Dan konsekuensinya keesokan pagi Lova akan bangun dan kaget dengan perbuatannya. Setidaknya Neall ingin membuat kesan yang sedikit lebih baik dari pada apa yang ada di buah pikirannya.

Akhirnya Neall memutuskan untuk tidur di sofa ruang tamu dan akan menyapa Lova esok paginya. Sebelum keluar dari kamar tak lupa Neall mengecup kening Lova lumayan lama serta melepas genggaman Lova dengan hati-hati.

***

Pagi-pagi sekali Neall telah bangun, Dia berencana untuk membuatkan Lova pancake. Menyapa gadis itu dengan sedikit kejutan yang manis mungkin awal yang baik.

Sedang sibuknya berkutat dengan alat dapur Neall sedikit kaku ketika tanpa sengaja Ia menyadari satu sosok muncul di belakang sana. Lova berdiri dengan mata bulat penuh kekagetan.

Dalam hati Neall ingin bersorak senang dengan apa yang ada di depan matanya kini. Namun cepat-cepat Ia menetralkan diri untuk tidak bertingkah aneh. Neal juga berusaha keras untuk tidak menerjang Lova dengan pelukan rindunya.

"Hei.. You feel better?" Sapa Neall setelah berdehem pelan untuk menetralkan suaranya. Sebelumnya pria itu terlebih dahulu mematikan kompor.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang