Sudah vote kan guys?
***
Suara pekikan dari pita suara Lova tertahan ketika dibekap erat oleh sebuah tangan berotot. Lova memberontak dengan sekuat tenaganya berharap bisa lepas dari siapapun yang menariknya. Sialnya ia tidak dapat melihat apa-apa di sini. Lampunya padam.
"Shuut. Tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu." Suara desisan terdengar tajam di telinga Lova. Seketika bulu di tengkuknya berdiri tegak. Ia merasa seperti berada dalam rumah penuh hantu.
Masih dengan sisa kekuatan Lova menggerakkan tubuhnya kasar. Ia terus berusaha melepaskan diri dari siapapun yang menyeretnya. Tapi instingnya mencuat seketika. Ia seakan kenal dengan suara desisan tadi.
Ia menggali informasi dari otaknya, berusaha melepaskan diri dari bekapan dan dekapan sembari mengingat ulang siapa pemilik suara yang tak asing itu.
Lova menginjak kaki orang yang membekapnya itu lalu menggigit keras tangannya. Tepat saat itu ponsel Lova berbunyi. Dengan keberanian, Lova menyoroti sosok di hadapannya dengan cahaya ponsel.
"Kau!" Pekik Lova keras.
"Kenapa kau terus mengikutiku!" Bentaknya tak terima.
"Tenanglah. Kita bisa terbunuh kalau kau berteriak seperti itu." Ujarnya membalas Lova dengan isyarat agar Lova memelankan suaranya.
"Jangan mengada-ada aku mau pergi!" Ketus Lova.
"Di sini ada hantu." Bisik Neall pelan. Ya pria itu adalah Neall.
"Kau mau menakutiku?" Sinis Lova.
"Aku serius melihat hantu." Bisik Neall lagi sambil menyeret tangan Lova untuk mengikutinya.
"Hantu? Kau sendiri hantunya."
"Hantunya sangat menyeramkan jika kau mau lihat."
"Jangan menakutiku!" Sungut Lova menyentak tangan Neall.
"Kau takut?"
"Ya iya aku takut hantu." Jujur Lova akhirnya. Siapa sih yang tidak takut dengan hantu?
"Huh. Ikut aku!" Suara Neall kali ini seperti perintah. Dan Lova seakan terhipnotis mengikuti perintah Neall.
Mereka menyusuri ruangan itu dan menuju ke salah satu sudutnya dengan cahaya dari ponsel Lova. Rupanya ada satu pintu di sana. Dengan perlahan Neall mendorong kuat pintu itu setelah memutar kunci. Lova agak heran, kenapa bisa Neall memiliki kunci itu.
"Aku punya sesuatu untukmu." Ujar Neall.
"Hiss. Apapun itu aku tidak peduli. Aku hanya ingin kembali ke acara itu." Sungut Lova dan Neall tertawa pelan.
"Kau selalu sinis dan marah-marah jika bersamaku, kenapa hm?" Tanya Neall dengan senyuman lebar. Lova melihat itu. Lova melihat senyum manis Neall lewat cahaya temaram ponselnya.
Astaga. Pipi Lova menghangat sekarang. Kenapa sosok si hadapannya punya senyum semanis itu? Sudah tampan dan senyumnya sungguh manis. Penciptaan yang sungguh sempurna. Lova bersyukur tak ada cahaya yang menyoroti wajahnya sehingga Neall tak bisa melihat pipi bersemu itu.
"Kenapa pipimu memerah? Terpesona pada senyumku?" Goda Neall.
Lova melototkan matanya. Heran mengapa Neall bisa tahu bahwa pipinya sedang memerah. Dan heran juga mengapa Neall memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi.
Gadis itu ingin bersuara lagi namun buru-bhru Neall menyela, “Diamlah! Hantu itu akan menangkap kita jika kau banyak bicara!" Lova akhirnya hanya diam mengikuti intrupsi Neall.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLIVAGANT (END)
Teen FictionIni cerita tentang seorang pembunuh bayaran dengan sejuta kisah kelam serta kehidupan gelapnya yang jatuh cinta dengan gadis pertukaran pelajar. Awal pertemuan sungguh tak terduga, hingga akhirnya ia memutuskan untuk memiliki gadis itu setelah perte...