36

1K 62 8
                                    

Udah vote kan guys??

Tandai kalo ketemu typo yaa.

Mulmed : Neng Velova

Selamat membaca:)




***

Beberapa orang beropini bahwa berani mencintai berarti berani menghadapi konsekuensinya. Salah satu konsekuensi yang sering ada adalah mengikhlaskan, ketika tidak mampu memiliki. Namun itu tidak berlaku untuk seorang Daneall Xademon. Baginya, mengikhlaskan tidak pantas ada di kamus hidupnya. Jika ia tidak bisa memiliki dengan cara baik-baik maka ia akan memiliki dengan cara yang buruk.

Dua hari berlalu sejak ia mengetahui bahwa Andrew Baird mengincar Lova. Sejak itu ia semakin mengekang Lova. Tidak ada izin untuk Velova keluar dari apartemen jika tidak bersama dirinya. Di kampus juga dirinya akan menunggu Velova di depan pintu hingga kelas selesai.

Seperti saat ini, kelas baru saja selesai namun Lova telah diseret oleh Daneall tanpa menunggu dosen keluar terlebih dahulu. Daneall tetap Daneall, keras kepala tidak ada yang bisa mencegahnya, bahkan untuk saat ini Velova sendiri tidak mempan mengatasi keras kepalanya Neall.

Lova meringis kesakitan ketika dihempas dengan kuat ke dalam mobil. Neall memutar dan duduk di kursi kemudi namun tak melajukan mobilnya.

“Heh! Apa yang kamu bicarakan dengan pria tadi!” Tanya Neall dengan nada mengintrogasi. Matanya berkilat-kilat menghunus kornea Lova.

Lova mengusap pergelangan tangannya yang terasa kebas, “Dia hanya menanyakan tentang tugas kelompok, seharusnya kamu tidak menyeretku ke mari, kami harus membahas tugas itu,” Jelas Lova namun tanpa menatap Neall lagi. Ia tak berani mempertemukan netra mereka.

Neall menggeram marah, merasa Lova berani mengusik amarahnya dengan membela pria berambut ikal yang tadi sempat berbicara dengan gadis itu namun tak sempat selesai karena Lova lebih dulu dibawa pergi oleh Neall.

“Coba ulangi lagi,” Ujarnya dengan dingin.

Lova menghela napas sembari memejamkan matanya dalam-dalam. Semakin ke sini semakin banyak ia mengalah pada Neall.

“Aku harus mengerjakan tugas kelompok dengan mereka Neall,” Ucap Lova dengan suara yang tenang. Menghadapi pria keras kepala itu dengan keras justru tidak akan ada habisnya.

What? Neall? Seriously? Sejak kapan kamu boleh memanggilku dengan panggilan itu?”

Kembali Lova membuang napas namun lebih kasar kali ini.

“Aku harus mengerjakan tugas kelompok dengan mereka Daneall.”
Lova berujar dengan pasrah, menanti jawaban yang dilontarkan Neall seperti apa.

“Jangan mengalihkan ucapanku Lova! Ku peringatkan jangan pernah mulutmu itu memanggilku dengan nama Neall, paham kamu!”

Lova mengangguk, berdebat dengan Neall ujung-ujungnya dia yang harus mengalah. Lagi.

Sementara Daneall sendiri tidak suka dipanggil 'Neall' oleh Lova karena sebuah alasan. Alasan yang menurutnya sangat penting. Nama 'Neall' dikenal orang-orang sebagai sosok yang sadis, dan ia tidak ingin Lova menganggap dirinya seperti anggapan orang lain.

“Malam ini aku menginap di tempatmu,” Ucap Neall setelah beberapa saat hening. Mobilnya masih terparkir rapi di tempat, tak ada niatan untuk melaju.

Mendengar ucapan Neall, Lova langsung menoleh dan menatap lekat wajah Neall. Ia menaikkan alisnya seakan menanyakan alasan Daneall ingin menginap.

“Kenapa? Tidak suka?” Todong Neall.

SOLIVAGANT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang