Udah vote kan tadi?
***
Di sinilah Lova sekarang. Duduk dengan tatapan mata yang memberat dan pikiran yang melayang. Setelah dipaksa menghabiskan dua porsi makan siang oleh Neall.
Dosen di depan sana sedang berkoar hebat tentang materi statistika yang tak ada satu kalimat pun mampir di otak Lova. Dirinya sedang berusaha untuk menahan kantuk.
Semilir angin yang melewati jendela ikut serta mengambil alih untuk membawa dirinya ke alam mimpi, tapi dia masih kuat untuk menahan kantuk.
Ada hal aneh semenjak ia keluar dari toilet bersama Neall tadi. Lova merasa sekelilingnya menjadi mencekam. Setiap orang yang ia lewati tak berani menatapnya. Bahkan ada yang terang-terangan menghindar saat ia lewat tadi. Parahnya hingga saat ini, beberapa mahasiswa lainnya tidak berani menatap dia.
Lova merasa semakin aneh ketika dosen di depan sana dengan galak menegur mahasiswa di seberang Lova yang terang-terangan mengantuk, sangat beda dengannya yang sampai saat ini uring-uringan dengan kantuk namun tak ada satupun suara teguran dari dosen. Sebenarnya Lova merasa senang, ia bisa tertidur lega tanpa dimarahi dosen, tapi ia tidak menyukai akan hal itu, ia merasa berbeda, tak nyaman dengan tatapan gusar yang ada di mata sang dosen.
“Sir, maaf boleh saya izin keluar sebentar?” Tanya Lova pelan pada dosen yang menatapnya gusar. Dosen itu mengangguk tak karuan.
Lova melangkah dengan gontai ke luar kelas mengabaikan seisi kelas yang menatap aneh padanya, ah lebih tepatnya menatap takut.
“Aku salah apa ya? Kok pada lihatnya gitu banget?” Ucap Lova pada diri sendiri dengan logat Indonesia.
Tanpa sadar kini langkah kakinya membawa ia ke arah perpustakaan. Ia memasuki perpustakaan dengan kondisi yang sama, dimana para mahasiswa yang ada di sana langsung menatap aneh padanya. Ia menjadi tak nyaman sekarang.
Lova ingin mengurung diri di sana guna menghindari tatapan para mahasiswa itu, ia ingin tenang. Dengan menyusup perlahan pada rak-rak buku yang tinggi, kini lova sampai pada ujung sudut ruangan. Tempat yang nyaman pikirnya, ada sebuah meja dan dua buah kursi serta aman dari tatapan para mahasiswa.
“Huh akhirnya.” Ucapnya lega, Ia duduk di sana dengan sebuah buku yang diambilnya dari rak tadi.
“Hei, boleh aku duduk di sini?” Tanya sebuah suara yang mengalihkan fokus Lova.
Lova mendongak lalu menemukan seorang perempuan berambut pendek sebahu di sana, sedang tersenyum hangat padanya. Lova sedikit ragu akan apa yang dilihatnya, hanya satu mahasiswa di sini yang berani menatapnya lalu berbicara padanya. Ya, itu adalah perempuan yang ada di depannya kini.
“Eh boleh—silahkan.” Ujar Lova mempersilahkan perempuan itu duduk.
“Em boleh aku bertanya?” Tanya Lova ragu.
Gadis berambut sebahu itu mengernyitkan keningnya, lalu mengangguk.
“Kau tahu kenapa semua orang di sini menatapku dengan tatapan, em— aneh?”
Perempuan itu membuka tas ranselnya, mengeluarkan buku dari sana lalu sebuah pulpen.
“Kau sungguh tidak tahu?” Perempuan itu balik bertanya. Lova hanya mengangguk.
“Kau kenal Neall?” Perempuan itu bertanya lagi.
“Neall? Maksudmu Daneall?”
“Ya Daneall Xademon.”
“Ya aku mengenalnya, kenapa memangnya?” Lova bingung kini. Ia bertanya tentang hal lain, namun perempuan ini balik menanyakan hal lain.
“Kau mengenakan jaketnya Neall, sudah pasti mereka akan takut padamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLIVAGANT (END)
Teen FictionIni cerita tentang seorang pembunuh bayaran dengan sejuta kisah kelam serta kehidupan gelapnya yang jatuh cinta dengan gadis pertukaran pelajar. Awal pertemuan sungguh tak terduga, hingga akhirnya ia memutuskan untuk memiliki gadis itu setelah perte...